post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

Rocky : Kombatan Double Gardan yang Menjadi Bupati

Semasa gerilya, Rocky menjadi kombatan kesayangan Ishak Daud. Sosok yang taat perintah Muzakir Manaf, kini menjadi Bupati Aceh Timur.
___________________________________
BANGUNAN tua itu hanya satu lantai. Luasnya cuma dua kali lapangan badminton. Tempat parkir tak begitu tertata, beralas tanah yang jika hujan akan berlumpur. Di sisi kiri gerbang pagar yang tak berpintu, ada satu pos jaga.
Terletak di jantung Kota Idi, rasanya tak pas disebut kantor bupati. “Ya ini dulunya kantor camat,” kata Hasballah M. Thaib, Bupati Aceh Timur, yang pelantikannya masih seumur jagung, pekan lalu.
Lantas di mana nantinya kantor bupati? Hasballah yang akrab disapa Rocky menunjuk ke arah kanan kantor. Di atas perbukitan di seberang jalan utama ada beberapa gedung yang belum jadi. Beberapa di antaranya juga masih berupa pondasi.
Untuk menuju ke situ pun harus memakai kendaraan agar dapat melaju di jalan yang masih berupa tanah dan berbukit-bukit. Lokasi perkantoran ini sudah mulai dibangun sejak Bupati Muslim. Namun, pembangunan pusat pemerintahan Aceh Timur ini terbengkalai bertahun-tahun.
Tentu saja pekerjaan itu menjadi salah satu kewajiban Rocky untuk menyelesaikannya. “Di samping soal manajemen kantor yang juga perlu banyak pembenahan,” kata Rocky.
Selain itu, dia juga bertekad membangun perekenomian masyarakat Aceh Timur. “Di sini cocok untuk pertanian, perkebunan, dan nelayan,” katanya. Untuk pertanian yang modern, selain sudah menjalin hubungan dengan Kementerian Pertanian, Rocky juga bakal mendapat bantuan dari sahabatnya seorang pengusaha dari Korea Selatan.
Begitu juga dengan perkebunan dan nelayan. Dia sudah mengontak departemen terkait untuk membantu rakyat Aceh Timur. Selain itu, Rocky akan memfokuskan pada pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Sebetulnya, Aceh Timur juga kaya akan hasil tambang. Di sini sudah ada Medco Energy. “Saya sangat mendukung kedatangan perusahaan-perusahaan raksasa ke sini. Dan akan membuka tangan selebar-lebarnya. Bagi saya yang paling utama adalah bagaimana caranya perekonomian masyarakat Aceh Timur bisa bangkit,” katanya.
****
BERKULIT coklat, Rocky berusia 38 tahun. Dia termasuk salah satu bupati termuda di Aceh. Pada dirinya sudah tertanam jiwa entrepreneur yang kuat. Sejak kecil, dia sudah suka berdagang. Dunia bisnis memang cocok dengan karakternya yang ramah dan berbicara santun.
Bahkan untuk biaya sekolah, dia menjual daun pisang, dan membantu ayahnya, Haji M. Thaib, di kebun. Sejak sekolah tingkat pertama, dia sudah beternak lembu dan kerbau. “Saya memandikan sendiri lembu-lembu yang saya miliki ketika itu,” katanya. “Jika ternak sehat, hasilnya juga bagus.”
Namun, jiwa pedagangnya beralih menjadi kombatan usai sekolah MTsN (setara dengan SMP). “Waktu itu saya menjadi simpatisan saja,” katanya. Walau masih belia, dia sudah dipercaya menjadi pengawal Nek Tu, salah seorang pemimpin GAM di Wilayah Peureulak sejak 1990.
Selain itu, dia juga bertugas mengantar makanan untuk kombatan di persembunyian. Belakangan dia ikut terlibat perampasan senjata di Buloh Blang Ara, Lhokseumawe. Aparat kemudian mencium keterlibatan Rocky dalam GAM. Selama pelarian, Rocky masuk pesantren dan mendalami ilmu agama selama 6 tahun.
Pada 1997 dia mulai lagi kembali ke bakat bisnisnya. Dia bisa bekerja sama dengan sebuah perkebunan dan mampu membeli truk. Setahun kemudian Rocky sudah ke Batam. Di sini dia kembali bersentuhan dengan tokoh Gerakan Aceh Merdeka, Ahmad Kandang. “Setiap hari diboncengi Ahmad Kandang, di pinggang kami terselip pistol satu seorang,” katanya.
Setahun di Batam dia kembali ke Idi. “Saya ditangkap militer GAM. Dituduh mafia besar di Pulau Batam,” katanya. Dia pun berada dalam sandera selama tiga hari tiga malam. Rocky ditangkap oleh tentara GAM yang dipimpin Nek Tu. “Saat itu, Nek Tu nggak kenal sama saya lagi. Sebab, ketika mengawal Nek Tu, saya masih kecil. Saat ditangkap, saya sudah beranjak dewasa.”
Di masa penahanan itulah dia bertemu dengan sepupunya, Adnan, seorang pelatih tentara GAM di Libya. “Kenapa di sini,” tanya Adnan. “Mana saya tahu, kan yang menangkap saya adalah orang-orang Abang juga,” jawab Rocky. “Apa masalahnya?” tanya Adnan. “Saya nggak tahu,” jawab Rocky.
Adnan kemudian mempertanyakan penangkapan adiknya itu ke Nek Tu. Adnan pun menjelaskan siapa Rocky sebenarnya. Tentu, Nek Tu terkejut. Dia langsung menjumpai Rocky dan membawa bersamanya.
“Saya hanya mau sementara sama Nek Tu, dan saya tidur dalam kamp Nek Tu,” katanya. Belakangan malah Rocky mencuri tiga pucuk senjata di tempat Nek Tu. Bersama dua temannya, dia ikut dalam sebuah pertempuran melawan TNI yang bertugas di Aceh Timur. Rupanya, Nek Tu senang dengan aksi Rocky.
Akhir 1998, Rocky dibawa Yahya Muadz, salah seorang tokoh GAM yang kini adalah Sekretaris Jenderal Partai Aceh, untuk belajar sejarah Aceh. “Beliau mengajarkan tentang sejarah Aceh sebelum hingga masa Wali Nanggroe Hasan Tiro,” katanya. Rocky menyebarkan ilmu yang diperolehnya dari Yahya Muadz di Aceh Timur.
Lima bulan berselang, Rocky dipercaya Panglima Sagoe Idi pada 1999. Dia dibekali tiga pucuk senjata. “Dua laras panjang, satu pistol. Pistol saya yang pegang,” katanya. Bermodalkan tiga pucuk senjata, dia mampu mengumpulkan 40 pucuk senjata.
Selama menjadi panglima sagoe, Rocky sempat menduduki Idi selama 16 jam pada 2000. Setahun kemudian, Rocky menjadi staf keuangan wilayah Peureulak. Dia merangkap sebagai Panglima Sagoe Idi. Sempat diganti.
Kemudian, dia menjadi Wakil Komandan Operasi Peureulak merangkap staf keuangan. Dalam menjabat komandan operasi, dia sempat ditarik lagi untuk merangkap sebagai Panglima Sagoe Idi. “Saya sampai tujuh kali menjadi pejabat sementara di Idi,” katanya.
Rocky adalah tipikal kombatan yang sangat taat kepada atasannya. Itu sebabnya dia menjadi salah satu anak buah kesayangan Ishak Daud, Panglima Wilayah Peureulak. Bersama Ishak, dia sering mencari obat-obatan di kota, membawa ke kampung-kampung, dan mengobati orang-orang kampung.
“Ketika singgah di rumah orang miskin yang rumahnya reot, kami memperbaikinya bersama-sama. Kami yang mencari kayu, bambu, sampai ke atap,” katanya. “Tiga hari selesai kami buat rumah, itu seperti bedah rumah,” katanya.
Salah satu orang tua itu adalah Po Mi, seorang janda tua yang miskin yang tinggal di Desa Lhok Dalam. “Dia orangnya baik sekali. Kami gerilyawan selalu ditampung di rumah janda itu,” katanya.
Sehari sebelum meninggal, Ishak sempat bicara dengan Rocky. “Tolong jaga Idi baik-baik. Saya mau meninggalkan tempat ini bersama isteri saya. Tolong juga lihat-lihat keluarga saya,” pesan Ishak pada Rocky.
Rocky juga sangat dekat dengan Mualem, sapaan akrab Wakil Gubernur Muzakir Manaf yang juga mantan Panglima GAM. “Saya sangat mematuhi perintah Mualem. Sering menasihati saya,” katanya. “Kalau ada yang bilang saya berselisih paham dengan Mualem, itu yang bicara adalah orang gila.”
****
SETELAH perdamaian, Rocky kembali ke dunia bisnis. Selain masuk ke dunia konstruksi, Rocky juga adalah pemasok pupuk ke Aceh Timur, dan juga memiliki sejumlah boat nelayan. Kendati demikian, dia tetap di Komite Peralihan Aceh.
Sebagai pengusaha, Rocky mengikuti pesan Mualem. “Dalam mencari rezeki jangan melanggar hukum. Masih banyak jalan di jalur yang benar. Begitu kata Mualem,” kata Rocky.
Mualem meminta Rocky untuk tetap tinggal di Idi, Aceh Timur. “Walau saya sudah membeli rumah di Medan (Sumatera Utara), saya tetap bermukim di Idi,” katanya. “Mualem bilang jangan tinggal di luar daerah. Perhatikan nasib saudara-saudaramu di Aceh Timur.” Kata Rocky,
Belakangan, sebagai Ketua Umum Partai Aceh, Mualem, meminta Rocky untuk menjadi calon dari partai. “Sebenarnya, saya hanya ingin membantu Mualem dalam tim suksesnya saja,” katanya. Sebab Mualem sudah memerintahnya, Rocky tak membantah. “Mualem sudah seperti orang tua saya,” katanya.
Kendati demikian, Rocky meminta jajaran Partai Aceh Wilayah Aceh Timur untuk menyelenggarakan konvensi. Ternyata, Rocky memenangkan konvensi secara demokratis.
Bahkan, dia juga terpilih dengan suara terbanyak dalam pemilihan bupati di Aceh Timur. Mualem sendiri percaya Rocky akan berupaya membangkitkan Aceh Timur. “Dia orang yang baik dan pekerja keras,” kata Mualem.
Bahkan, julukan Rocky itu pun muncul karena tipikalnya yang pekerja keras dan pantang menyerah. “Double gardan, seperti Rocky yang dibintangi Silvester Stallone (Film “Rocky”). Tapi gagah juga julukan itu ya,” kata Rocky bergurau.
Setelah terpilih menjadi bupati, dia menargetkan penyelesaian pembangunan pusat pemerintahan. “Saya ingin menjadikan Aceh Timur mampu bersaing dengan kabupaten lain di Aceh,” katanya.
“Saya ingin Aceh Timur mencontoh salah satu kabupaten di Korea Selatan.” Pertengahan September lalu, pengusaha Korea Selatan itu pun telah berkunjung ke Aceh Timur untuk membahas keinginan Rocky.[]
 http://atjehpost.com

Thaliban Berikan Amnesti Menteri Terkait Film Anti-Islam

KABUL - Taliban di Afghanistan mengatakan kelompok itu memberikan amnesti kepada seorang menteri kabinet yang sebelumnya menawarkan hadiah bagi siapa pun yang bisa membunuh pembuat film Innocence of Muslims.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan hari Rabu (26/09) bahwa Menteri Urusan Kereta Api Ghulam Ahmad Bilour telah dicabut dari daftar orang-orang yang menjadi sasaran serangan Taliban.
Menurut juru bicara Taliban Ehsanullah Ehsan, pandangan Ghulam Ahmad Bilour mewakili semangat sejati Islam. Oleh karena itu Taliban mencabut namanya dari daftar orang yang diburu.
"Kami benar-benar memaafkan dia dan mencabut namanya dari daftar orang yang diburu oleh kami," kata Ehsanullah Ehsan seperti dikutip oleh beberapa media Pakistan.

Dikecam pemerintah
Dia menambahkan dewan shura, dewan permusyawaratan tinggi Taliban, mengadakan pertemuan sehari sebelumnya dan "memuji Bilour atas pengorbanannya demi Islam".
Namun Ehsan menegaskan pemberian amnesti hanya berlaku bagi Menteri Urusan Kereta Api Ghulam Ahmad Bilour dan tidak berlaku bagi pengurus-pengurus lain di partai Bilour, Partai Nasional Awami. Partai itu dianggap sekuler dan menentang Taliban.
Sebelumnya Bilour menawarkan hadiah sebesar US$100.000 bagi siapa saja yang bisa membunuh pembuat film yang dianggap menghina Nabi Muhammad, Innocence of Muslims yang dibuat di Amerika Serikat.
"Saya akan membayar US$100.000 bagi mereka yang membunuh pembuat film itu," kata Bilour.
Pemerintah Pakistan mengecam keras tindakan Bilour tetapi sejauh ini dia masih menjabat sebagai Menteri Urusan Kereta Api.[] 

Membuat Flashdisk Menjadi RAM

Kalian pasti tahu dengan namanya RAM.
RAM ( RANDOM ACCES MEMORY ) itu adalah sebuah perangkat keras komputer yang berfungsi menyimpan  berbagai data dan instruksi program. jadi termasuk bagian penting dr pc atau laptop. setiap RAM pasti ada kapasitasnya tentunya terbatas. kebayang gak kalok RAM ini penuh, pasti sering hang atau crash.
Hang atau crash itu bagi pengguna pc atau leptop adalah hal yang paling menyebalkan. karena hang semua data atau file yang belum disimpan pasti akan hilang atau rusak. Dan terlebih pula kita harus merestart komputer atau laptop kita karena hang tersebut. merestart komputer dengan cara kasar ini bisa membuat komputer atau laptop anda rusak karena aliran listrik yang mengalir di komponen-komponen yang ada pada dalam laptop terputus secara tiba-tiba
Banyak orang mengantisipasi hal ini dengan membeli ram tambahan tentunya bagi orang yang banyak uang soalnya harga RAM ini lumayan tinggi juga. tapi ada solusi lain yaitu dengan mengubah FLASHDISK menjadi RAM tentunya dengan batuan Software, EBOOSTR namanya!!
Langkah-langkah yang di tempuh
1. Download Software di  situs 1
2. Install seperti biasa
3. setelah itu restar PC atau LAPTOP
4.  jalankan SOFTWARE tadi
5. Klik Add lalu pilih flashdisk yang akan di jadikan sebagai RAM.
6. Tentukan Kapasitas yang akan dijadikan sebagai RAM.
7. Jika sudah maka Ok atau Finish lalu tunggu sebentar karena sedang proses  mengalokasikan file chace pada Flashdisk.
Cara ini sudah saya coba dan hasilnya berhasil dan cara ini berhasil juga menggunakan MMC hp.
 http://teknologi.kompasiana.com

Lawan karikatur Nabi Muhammad dengan karikatur anti Barat

Sebuah harian Mesir meluncurkan kampanye menentang karikatur Nabi Muhammad yang dipublikasikan oleh majalah Prancis Charlie Hebdo.
Al-Watan, sebuah surat kabar sekuler, menerbitkan 13 karikatur di bawah slogan "Lawan karikatur dengan karikatur."
Salah satu diantaranya menggambarkan sepasang kacamata yang sedang memandang gedung World Trade Center di New York, AS terbakar, dengan tulisan, "Kacamata Barat untuk dunia Islam."
Karikatur Charlie Hebdo muncul di tengah keriuhan menyusul beredarnya video yang menghina Islam.
Sekitar 50 orang meninggal dunia dalam berbagai protes yang dimulai dua pekan lalu akibat film amatir, Innocence of Muslims.

Respon beradab

Karikatur satir Charlie Hebdo memicu demonstrasi kecil di depan Kedutaan Besar Prancis di Kairo, Jumat, meski di dunia Muslim lainnya unjuk rasa atas Prancis dan Innocence of Muslims telah menjadi aksi skala besar dan diwarnai kekerasan.
Karikatur al-Watan yang dicetak dua halaman penuh itu merupakan bagian dari edisi khusus 12 halaman sebagai tanggapan atas Charlie Hebdo.
Edisi itu juga memuat artikel oleh penulis sekuler kenamaan seperti mantan direktur riset Pusat Kajian Timur Tengah Carnegie Amr Hamzawi dan ulama Islam Mesir terkemuka seperti Mufti Besar Mesir, Ali Gomaa.
Ada pula karikatur yang menunjukkan seorang pria kulit putih menuduh seorang pria berjanggut sebagai teroris sebelum ia menyadari bahwa pria tersebut berasal dari Israel dan kemudian memberinya bunga.

Pujian pembaca

Karikatur lain menunjukkan dua gambar pria Arab yang diletakkan bersisian.
Seorang pria mengenakan topi, jaket serta memiliki janggut tipis; sedangkan yang satu lagi berjanggut tebal, mengenakan turban di kepala dan menyeringai memperlihatkan gigi geliginya dan membawa sebilah pisau berlumuran darah.
al watan

Sebuah lampu senter bermotif bendera Amerika menyorit gambar pria dengan pisau.
Para pembaca al-Watan yang sangat kritis terhadap gerakan Ikhwanul Muslimin pimpinan Presiden Mohammed Mursi bereaksi positif terhadap suplemen tersebut.
Beberapa diantaranya berkomentar di situs web al-Watan memuji ide melawan "pikiran dengan pikiran" dan berterimakasih atas "respon beradab" harian tersebut.
http://www.bbc.co.uk

Untuk Siapa Republik Ini Dibentuk ?

Begitu menarik diskusi hari ini, diskusi lepas dan “bervitamin” mengenai untuk siapa sebenarnya Republik Indonesia dibentuk oleh founding fathers ? Semua itu berawal dari artikel cendekiawan muda Indonesia - Anies Baswedan - “Ini Soal Tenun Kebangsaan. Titik !” yang dipublish di Harian Kompas (11/9/2012). Sebagian dari artikel tersebut saya jadikan bahan diskusi di facebook saya (Muhammad Ilham Fadli) hari ini ………. dan diskusi-pun mengalir dengan hangat. Berikut penggalan artikel-nya :
Sumber Foto : INTI
Republik ini tidak dirancang untuk melindungi minoritas. Tidak juga untuk melindungi mayoritas. Republik ini dirancang untuk melindungi setiap warga negara, melindungi setiap anak bangsa! Tak penting jumlahnya, tak penting siapanya. Setiap orang wajib dilindungi. Janji pertama Republik ini adalah melindungi segenap bangsa Indonesia. Saat ada warga negara yang harus mengungsi di negeri sendiri, bukan karena dihantam bencana alam tapi karena diancam saudara sebangsa, maka Republik ini telah ingkar janji. Akhir-akhir ini nyawa melayang, darah terbuang percuma ditebas oleh saudara sebahasa di negeri kelahirannya. Kekerasan terjadi dan berulang. Lalu berseliweran kata minoritas, mayoritas dimana-mana. Perlindungan minoritas dibahas amat luas.

Bangsa ini harus tegas: berhenti bicara minoritas dan mayoritas dalam urusan kekerasan. Kekerasan ini terjadi bukan soal mayoritas lawan minoritas. Ini soal sekelompok warga negara menyerang warga negara lain. Kelompok demi kelompok warga negara secara kolektif menganiaya sesama anak bangsa. Mereka merobek tenun kebangsaan ! Tenun Kebangsaan itu dirobek dengan diiringi berbagai macam pekikan seakan boleh dan benar. Kesemuanya terjadi secara amat eksplisit, terbuka dan brutal. Apa sikap negara dan bangsa ini? Diam? Membiarkan? Tidak! Republik ini tidak pantas loyo-lunglai menghadapi warga negara yang pilih pakai pisau, pentungan, parang bahkan pistol untuk ekspresikan perasaan, keyakinan, dan pikirannya. Mereka bukan sekadar melanggar hukum tapi merontokkan ikatan kebangsaan yang dibangun amat lama dan amat serius ini. Mereka bukan cuma kriminal, mereka perobek tenun kebangsaan. Tenun Kebangsaan itu dirajut dengan amat berat dan penuh keberanian. Para pendiri republik sadar bahwa bangsa di Nusantara ini amat bhineka. Kebhinekaan bukan barang baru. Sejak negara ini belum lahir semua sudah paham. Kebhinekaan di Nusantara adalah fakta, bukan masalah !

Tenun kebangsaan ini dirajut dari kebhinekaan suku, adat, agama, keyakinan, bahasa, geografis yang sangat unik. Setiap benang membawa warna sendiri. Persimpulannya yang erat menghasilkan kekuatan. Perajutan tenun inipun belum selesai. Ada proses yang terus menerus. Ada dialog dan tawar-menawar antar unsur yang berjalan amat dinamis di tiap era. Setiap keseimbangan di suatu era bisa berubah pada masa berikutnya. Dalam beberapa kekerasan belakangan ini, salah satu sumber masalah adalah kegagalan membedakan “warga negara” dan “penganut sebuah agama”. Perbedaan aliran atau keyakinan tidak dimulai bulan lalu. Usia perbedaannya sudah ratusan -bahkan ribuan- tahun dan ada di seluruh dunia. Perbedaan ini masih berlangsung terus, dan belum ada tanda akan selesai minggu depan. Jadi, di satu sisi, negara tidak perlu berpretensi akan menyelesaikan perbedaan alirannya. Di sisi lain, aliran atau keyakinan bisa saja berbeda tapi semua adalah warga negara republik yang sama. Konsekuensinya, seluruh tindakan mereka dibatasi oleh aturan dan hukum republik yang sama. Di sini negara bisa berperan. Negara memang tidak bisa mengatur perasaan, pikiran, ataupun keyakinan warganya. Tetapi negara sangat bisa mengatur cara mengekspresikannya. Jadi dialog antar pemikiran, aliran atau keyakinan setajam apapun boleh, begitu berubah jadi kekerasan maka pelakunya berhadapan dengan negara dan hukumnya.

Negara jangan mencampuradukkan friksi/konflik antar penganut aliran/keyakinan dengan friksi/konflik antar warga senegara. Dalam menegakkan hukum, negara harus selalu melihat semua pihak semata-mata sebagai warga negara dan hanya berpihak pada aturan di republik ini. Apalagi aparat keamanan, ia harus hadir untuk melindungi “warga-negara” bukan melindungi “pengikut” keyakinan/ajaran tertentu. Begitu pula jika ada kekerasan, maka aparat hadir untuk menangkap “warga-negara” pelaku kekerasan, bukan menangkap “pengikut” keyakinan yang melakukan kekerasan. Pencampuradukan ini salah satu sumber masalah yg harus diurai secara jernih dan dingin. Menjaga tenun kebangsaan dengan membangun semangat saling menghormati serta toleransi itu baik dan perlu. Disini pendidikan berperan penting. Tetapi itu semua tak cukup, dan takkan pernah cukup. Menjaga tenun kebangsaan itu juga dengan menjerakan setiap perobeknya. Ada saja manusia yang datang untuk merobek. Bangsa dan negara ini boleh pilih: menyerah atau “bertarung” menghadapi para perobek itu.  Jangan bangsa ini dan pengurus negaranya mempermalukan diri sendiri di hadapan penulis sejarah, bahwa bangsa ini gagah mempesona saat mendirikan negara bhineka tapi lunglai saat mempertahankan negara bhineka.

Membiarkan kekerasan adalah pesan paling eksplisit dari negara bahwa kekerasan itu boleh, wajar, dipahami, dan dilupakan. Ingat, kekerasan itu menular. Dan, pembiaran adalah resep paling mujarab agar kekerasan ditiru dan meluas. Pembiaran juga berbahaya karena tiap robekan di tenun kebangsaan ini efeknya amat lama. Menyulam kembali tenun yang robek, hampir pasti tidak bisa memulihkannya. Tenun yg robek selalu ada bekas, selalu ada cacat. Ada seribu satu pelanggaraan hukum di republik ini, tapi gejala merebaknya kekerasan dan perobekan tenun kebangsaan itu harus jadi prioritas utama untuk dibereskan. Untuk mensejahterakan bangsa semua orang boleh “turun-tangan”, tapi untuk menegakkan hukum hanya aparat yang boleh “turun-tangan”. Jadi saat penegak hukum dibekali senjata itu tujuannya bukan untuk tampil gagah saat upacara, tapi untuk dipakai saat melindungi warga negara, saat menegakkan hukum. Negara harus berani dan menang “bertarung” melawan para perobek itu. Bahkan saat tenun kebangsaan terancam itulah negara harus membuktikan di Republik ini ada kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat tapi tidak ada kebebasan untuk melakukan kekerasan. Aturan hukumnya ada, aparat penegaknya komplit. Jadi begitu ada warga negara yang pilih untuk  melanggar dan meremehkan aturan hukum untuk merobek tenun kebangsaan, maka sikap negara hanya ada satu: ganjar mereka dengan hukuman yang amat menjerakan. Bukan cuma tokoh-tokohnya saja yang dihukum. Setiap gelintir orang yang terlibat harus dihukum tanpa pandang agama, etnis, atau partai. Itu sebagai pesan pada semua: jangan pernah coba-coba merobek tenun kebangsaan!. Ketegasan dalam menjerakan perobek tenun kebangsaan membuat setiap orang sadar bahwa memilih kekerasan adalah sama dengan memilih untuk diganjar dengan hukuman yang menjerakan. Ada kepastian konsekuensi. Ingat, Republik ini didirikan oleh para pemberani: berani dirikan Negara yang bhineka. Kita bangga dengan mereka. Kini pengurus negara diuji. Punyakah keberanian untuk menjaga dan merawat kebhinekaan itu secara tanpa syarat? Biarkan kita semua -dan kelak anak cucu kita- bangga bahwa Republik ini tetap dirawat oleh para pemberani.
Sebagai pembanding, saya juga “menghadirkan”  artikel saya yang pernah di publish di sebuah harian lokal tahun lalu tentang “Nasib Kelompok Mayoritas yang Selalu Dicurigai“, berikut :
Ibarat kue lapis yang berlapis-lapis, maka proses kedatangan Islam di Indonesia juga berlapis-lapis. Pada lapisan pertama, Islam “datang” melalui pedagang-pedagang. Sedangkan pada lapisan kedua, ditandai adanya sebuah eksistensi politis yang bernama kerajaan seperti di Sumatera Utara - Aceh. Pada lapisan ketiga, perkembangan Islam demikian cepat sebagai bentuk kompetisi dengan Kristen. Sejarah “sepakat” dalam lapisan ketiga ini, persaingan ini dimenangkan oleh Islam. Dalam lapisan ini VOC (Vereeniging de Oost Companig) yang diistilahkan sebagai “negara berjalan” itu ada dan mendirikan Hindia Belanda. Tapi daerah-daerah pinggiran pantai tetap berada dalam kekuasaan orang Islam. 
Peristiwa demi peristiwa dalam lapisan ketiga ini, tidak bisa dilupakan oleh orang Kristen. Pada lapisan ini pula, usaha Kristenisasi di daerah Jawa dan Indonesia Timur berjalan dengan massif. Persaingan tak terhindarkan. Setidaknya demikian yang terlihat dari berbagai konflik dan perlawanan rakyat daerah vis a vis VOC yang terjadi, nuansa menghadapkan Islam dan Kristen tak terhindarkan.
Sejak lapisan ketiga ini, persaingan terus berlanjut. Dalam masa pergerakan, muncul perdebatan-perdebatan tentang bentuk ideal sebuah negara yang di”imajinasi”kan. Sebagian (mayoritas) berkeinginan mendirikan negara diatas landasan Islam republik, padasisi lain menginginkan bentuk negara nasional. Sejarah kemudian mencatat, bagaimana ini terefleksi dari perdebatan-perdebatan monumental antara Soekarno dengan Mohammad Natsir. Perdebatan yang bersumbu pada Mukaddimah UUD atau biasa dikenal dengan Piagam Jakarta. Piagam Jakarta yang hingga hari ini begitu disesali sebagian ummat Islam Indonesia. Penyesalan terhadap sebuah - dalam bahasa Taufik Abdullah (1999) - kompromi antara negara nasionalis dengan moral religius yang tertulis dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Tak bisa dipungkiri, kompromi ini merupakan bentuk “ketakutan” sebagian kalangan akan Islam politik.
Dalam perkembangan sejarah berikutnya, beberapa gerakan perlawanan terhadap entitas sah negara-bangsa Indonesia terjadi satu per satu. Darul Islam-nya Kartosuwiryo berdiri di Jawa Barat. Kehadiran Darul Islam, sebagaimana yang ditulis Al-Chaidar (2002), menimbulkan mitos bahwa seolah-olah Islam di Indonesia adalah entitas yang menakutkan dan militan. Sebuah generalisasi yang pada hakikatnya terus berkembang hingga masa kini. Padahal Islam di Indonesiaitu tidaklah monolitik. Islam di Indonesia itu bukan hanya tipikal Darul Islam dengan NII-nya itu saja. Islam di Indonesia ada Nahdlatul Ulama, ada Muhammadiyah, ada Perti dan seterusnya. Ketakutan akan militansi Islam ini terus ter/dijaga. Seluruh idiom ataupun labelisasi yang berkaitan dengan Islam di Indonesia, selalu dipandang dengan “curiga”. Lihatlah ketika istilah “Kebangkitan Islam” diperkenalkan. Istilah ini juga dilihat sebagai gerakan yang perlu dicurigai, setidaknya demikian yang terasa di akhir rezim Orde Baru. Padahal gerakan kebangkitan Islam ini, merupakan gerakan internasional. Tapi, tetap saja sebagian kalangan merasa takut, terutama dari entitas Kristen Indonesia.
Sejak lapisan ketiga hingga terus terbentuknya republik ini, ketakutan akan Islam politik terus terbina. Pada masa Orde Baru, “cita rasa”nya terasa dengan kental. Orde Baru dipenuhi oleh jargon-jargon politis yang ingin menyampaikan kepada publik bahwa Islam politik pantas untuk “dicurigai”. Jargon kanan untuk memetakan Islam, sementara jargon kiri untuk PKI. Bagaimanapun juga, jargon ini merupakan salah satu bentuk grand designkelompok-kelompok non-Islam yang mencurigai kebangkitan Islam politik. Militansi beberapa kelompok Islam masa Orde Lama dijadikan sebagai landasan historis untuk pembenaran, tanpa melihat bahwa entitas Islam Indonesia bukan hanya kelompok garis keras itu saja. Di saat-sata akhir kekuasaan Soeharto, jargon baru dalam ranah politik Indonesia - ijo royo-royo. Refleksi mendekatnya Soeharto dengan Islam, dalam bahasa Emha Ainun Nadjid, religiusitas politik Soeharto. Kondisi ini membuat kelompok Kristen menjadi takut, seakan-akan Islam bagian dari establishment yang otoriter.
 
Sejarawan Taufik Abdullah suatu ketika pernah menyatakan bahwa itulah nasib dari orang yang mayoritas. Walau berwajah baik, selalu dicurigai. Orang Jawa yang secara demografis dan politis lebih mayoritas, selalu di ejek oleh orang luar Jawa dan seterusnya. Padahal, kata Taufik Abdullah, kalau orang itu sadar dengan keminoritasannya, tentu mereka tidaklah perlu takut pada mayoritas. Dalam ranah psikologi dikenal istilah inferiorityof minority. Ketakutan akan Islam politik lebih disebabkan pada perasaan kurang percaya diri kelompok minoritas. Karena itu, kata kunci yang perlu ditumbuhkembangkan adalah minoritas yang percaya diri, mereka tidak akan takut terhadap mayoritas. Kalangan minoritas Indonesia tidak akan mencurigai Islam politik. Walau gerakan-gerakan Islam garis keras mulai “menaik” di Indonesia pasca Orde Baru, usaha-usaha penghilangan kesan Islam yang “menakutkan”, rasanya tidak perlu. Makin diusahakan, akan makin dicurigai. Samalah dengan infotainment, semakin artis tersebut diperbincangkan, mungkin artis itu akan semakin populer dan dicurigai. Biarlah berjalan dengan alamiah.
Persoalannya bukan terletak pada golongan mayoritas, tapi pada golongan minoritas. Islam itu biasa-biasa saja, apalagi Islam di Indonesia yang tidak monolitik. Coba lihat, bagaimana sikap politik antara orang NU dengan Muhammadiyah, antara Al-Washliyah dengan Perti - mereka tidak akan pernah sama. NU dibawah kepemimpinan Gus Dur dan Said Agil Siradj saja, berbeda dalam menyikapi gaya politik SBY. Analisis saja, Muhammadiyah di bawah Dien Syamsuddin dengan Muhammadiyah di bawah Syafii Ma’arif mensikapi perkembangan politik Indonesia, pasti beda. Tapi itu tadi, setiap orang Islam membicarakan masalah politik, selalu merasa menakutkan. Padahal, sebagaimana yang diungkapkan group hip hop Saykoji, “Islam itu indah, Islam itu ramah.Wallahu ‘alam bis shawab !.
http://ilhamfadli.blogspot.com/
http://politik.kompasiana.com/2012/09/18/untuk-siapa-republik-ini-dibentuk/

Hebat, Gadis Palestina Berusia 16 Tahun Ini Jadi Walikota

JAKARTA - Selama dua bulan menjabat sebagai walikota Allar, Tepi Barat, Palestina, Bashaer Othman bukannya tidak berprestasi. Tercatat, dia mampu membuka lapangan pekerjaan dan membuat program yang bertujuan menyejahterakan para pemuda.

Berbicara di Universitas Al-Azhar Jakarta, Kamis 13 September 2012, Othman mengatakan selama menjabat walikota yang dimulai Juli lalu, dia berhasil membuka sebuah pabrik batu bata di dekat perbatasan dengan Israel di Tepi Barat.

"Pabrik ini memberikan pekerjaan bagi mereka yang tinggal dekat perbatasan Israel, apalagi Israel sedang membangun," kata gadis 16 tahun ini.

Othman mengatakan, mencari pekerjaan di Tepi Barat sangat sulit. Selain lapangan pekerjaan yang sedikit, para pemberi kerja juga lebih memilih mempekerjakan mereka yang berpengalaman. Padahal, untuk lulusan baru, pengalaman kerja sulit didapatkan.

Untuk itulah, Othman membentuk tim ahli untuk melobi perusahaan-perusahaan swasta. Di bawah kepemimpinan Othman, tim ini berhasil membuat perjanjian dengan pihak swasta untuk memberikan program magang bagi pemuda selama tiga bulan.

"Program ini akan memberikan pengalaman yang dibutuhkan untuk pekerjaannya kelak," kata Othman yang berbicara lebih dewasa dari usianya.

Selain itu untuk keamanan kota, Othman juga membentuk brigade pertahanan yang bertugas mulai sebagai pemadam kebakaran hingga satuan pengaman. Namun menurutnya, yang terpenting dari tugasnya selama menjabat walikota adalah pengalaman politik yang berguna, tidak hanya bagi dirinya, tapi seluruh kota.

"Pengalaman yang kami lalui memiliki dampak besar, pengalaman kami menjadi pelajaran bagi seluruh kota," kata dia. |  

Ibra : Ada Sesuatu yang Disembunyikan Barca

ZLATAN Ibrahimovic akan menjadi pemain pertama yang bermain di Liga Champions dengan enam tim yang berbeda. Ironisnya, Ibra belum pernah sekali pun memenangkan trofi bergengsi itu.
Bersama PSG, Ibra yakin akan mampu mengangkat piala paling bergengsi untuk level klub Eropa itu. Ibra percaya bahwa ambisi besar PSG yang dibarengi dengan kemauan untuk mengeluarkan dana besar demi membangun tim yang kuat akan membuahkan hasil.

"Peringatan! Saya ingin memenangkan Liga Champions. Namun kami harus fokus untuk setiap pertandingan. Yang sebenarnya paling penting adalah menjadi juara kompetisi lokal. Jika sudah bisa mendominasi di level lokal, anda baru bisa berkonsentrasi di Eropa," jelas Ibra.

Ibra mengingatkan bahwa dalam turnamen seketat Liga Champions, kekuatan teknis saja tak akan cukup. Ibra mencontohkan skuad ratusan juta euro City yang tersingkir lebih awal musim lalu.
Selain peluang timnya menjadi juara, Ibra juga mengomentari salah satu bekas klubnya, Barcelona FC. Ibra menyebut bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Barca namun dia enggan menjelaskan lebih lanjut.

"Jika seseorang akhirnya memutuskan untuk membuka mulutnya, apa yang terjadi di Barcelona akan terungkap," ucap Ibra penuh misteri.[] 

Aceh Punya Dana Abadi Pendidikan Rp1,269 Triliun?

Jumlah dana abadi pendidikan Aceh simpang siur. Dalam Rancangan Qanun Dana Abadi Pendikan Aceh disebutkan jumlah Rp1,269 triliun. Namun, Wakil Ketua DPRA Amir Helmi bilang sisanya Rp700 miliar. Lalu, Kepala Dinas DPKKA menyebut Rp295 miliar. Tapi, Gerak Aceh menemukan tidak ada lagi uang yang tersisa di rekening dimaksud. Kok bisa?

BANDA ACEH – Soal dana abadi pendidikan Aceh kembali mencuat sepanjang dua pekan ini.  Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) juga menggelar Rapat Dengar Pendapat Umum untuk menyelesaikan Rancangan Qanun tentang Dana Abadi Pendidikan Aceh.
Dalam draft rancangan qanun itu disebutkan, Dana Abadi Pendidikan bersumber dari: Dana Cadangan Pemerintah Aceh, Dana Otonomi Khusus, Tambahan Dana Bagi Hasil Migas dan pendapatan lain-lain yang sah.
Khusus Dana Cadangan Pemerintah Aceh disebutkan berasal dari: Dana Abadi Pendidikan, Dana Cadangan Pendidikan, Dana Cadangan Umum, dan Deposito Dana Pendidikan.
Lalu, pada bagian penjelasan disebutkan,”Deposito Dana Pendidikan pada Deposito Kas Aceh sejak tahun 2005 sampai sekarang sebesar Rp1,269 triliun dari Rp1,844 triliun dana milik Pemerintah Aceh pada rekening BPD Aceh No.01.02.121252-8.
Merujuk kepada isi draft qanun itu, pada 5 September lalu, media ini pernah menulis soal jumlah dana abadi pendidikan itu. (baca: Jumlah Dana Abadi Pendidikan Aceh Capai Rp1,269 Triliun)
Namun, kejanggalan muncul saat saat Wakil Ketua DPR Aceh Helmi dalam rapat itu mengatakan Dana Abadi Pendidikan saat ini tinggal Rp700 miliar.

Amir menyebut jumlah itu bukan dalam rapat resmi, melainkan dalam bincang-bincang informal dengan Ketua Komisi E Ermiadi. Kebetulan, saat bisik-bisik itu, Amir lupa mematikan microphone di hadapannya yang dalam posisi menyala. 
 “Jadi, Dana Abadi Pendidikan saat ini tinggal Rp700 miliar,” ujar Amir kepada Ermiadi.
Beberapa peserta yang mendengar celetukan Amir itu langsung membuka berkas rancangan qanun. “Kenapa di sini 1,2 triliun?” ujar seorang peserta. Namun, suaranya tak terdengar Amir. Wakil Ketua DPRA ini pun langsung membuka rapat.
Belum ada penjelasan soal uang Rp700 miliar itu, muncul lagi jumlah lain dari Paradis, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aceh (DPKKA) Paradis. Dalam suratnya, Paradis menyebut, Dana Deposito yang disebut sebesar Rp1,844 triliun, ternyata tinggal Rp295,2 miliar, bukan Rp1,269 triliun seperti tertulis dalam rancangan qanun.
Paradis juga menjelaskan, dana deposito sebesar Rp1,844 triliun itu telah dicairkan kembali sesuai Pergub No.2 Tahun 2011. Alasannya, ada kebutuhan dana untuk membiayai program kegiatan dan telah dipindahbukukan kembali ke rekening Kas Daerah pada tanggal 18 Januari 2011 pada rekening nomor 010.01.02.121090-1.

“Sampai 3 September 2012, dana pada rekening tersebut tersisa Rp295.297.144.519,81 (Dua ratus Sembilan puluh lima miliar dua ratus Sembilan tujuh miliar seratus empat puluh empat juta lima ratus Sembilan belas rupiah) dan akan digunakan untuk pembiayaan program kegiatan tahun 2012.”

Benarkah pernyataan Paradis itu? Penelusuran LSM Gerak Aceh yang dimuat tabloid mingguan The Atjeh Times (edisi 16 -23 September) menemukan fakta berbeda.  Menurut Koordinator Gerak Aceh Askhalani,  berdasarkan rekening koran yang diperolehnya, sisa uang di rekening bernomor 010.01.02.121090-1 tidaklah seperti yang disebut Paradis.
“Temuan kita, tidak ada lagi uang yang tersisa di rekening itu. Sebab, pada tanggal 23 Juli 2012, uang itu seluruhnya sudah dimutasi. Sehingga yang tersisa hanya nol rupiah,” kata Askhalani.
Ia menduga, pencantuman nilai Rp1,269 triliun dalam Rancangan Qanun Dana Abadi Pendidikan 2012, pembohongan publik yang direncanakan. “Karena dana tersebut posisi dan saldonya tidak jelas bahkan nihil,” ujar Askhal.

Menurut Askhalani, itu baru bicara posisi duit dalam rekening bernomor 010.01.02.121090-1. Padahal, jika mengacu kepada rancangan qanun, dana abadi pendidikan masih punya sejumlah sumber dana lain seperti disebutkan di atas.
Penelusuran Gerak Aceh menemukan, uang yang ditempatkan di rekening lain itu juga jumlahnya sudah berkurang.
"Sangat berbahaya jika Rancangan Qanun Abadi Pendidikan disahkan dengan menyebut ada uang sebanyak Rp1,269 triliun, padahal uangnya sudah tidak ada lagi. Ini akan menjadi beban pemerintah baru," kata Askhal.
Mengapa uang itu bisa raib? Simak selengkapnya di tabloid The Atjeh Times edisi 16-23 September 2012.
 http://atjehpost.com/read/2012

Obama Tak Terima Islam Difitnah

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, menolak setiap fitnah terhadap Islam. Tapi, dia mengatakan tak ada alasan untuk menyerang Kedutaan Besar AS.
Obama berkeras takkan pernah mentolerir upaya yang membahayakan orang Amerika.
"Saya telah menjelaskan Amerika Serikat memiliki penghormatan besar bagi pemeluk semua agama," kata Obama dalam pidato radio mingguannya. "Tapi, tak pernah ada pembenaran bagi kekerasan ... Tak ada alasan untuk menyerang Konsulat dan Kedutaan Besar kami."

Protes keras anti-Amerika telah berkobar di dunia Muslim sebagai reaksi atas film yang menghujat Nabi Muhammad SAW. Satu serangan terhadap Konsulat AS di Kota Benghazi, Libya, menewaskan Duta Besar AS Christopher Stevens dan tiga lagi staf berkebangsaan Amerika pekan ini.

Obama mengakui gelombang kerusuhan anti-Amerika di Timur Tengah sudah menggangu. Pentagon mengirim Marinir guna meningkatkan keamanan di Kedutaan Besar AS di Sudan. Namun, Khartoum menolak tindakan tersebut setelah peningkatan serupa di Libya dan Yaman. 

5 Cara Agar Pria Tunduk pada Anda

Apa yang paling disukai pria dari wanita? Bentuk tubuh? Kepribadian? Tentu saja ada banyak hal yang menarik perhatian pria. Mau tahu rahasianya? Kamu ingin si dia tergila-gila padamu, bukan? Yuk coba tips cinta dari Boldsky!

1. Spirit
Spirit adalah sesuatu yang menarik bagi pria. Mengontrol seorang wanita yang memiliki spirit besar adalah mimpi yang tak bisa ditolak oleh pria.

2. Tidak mendominasi
Pria membenci wanita yang selalu menunjukkan dominasinya. Mungkin kamu bisa sesekali melakukannya, namun tidak berlebihan.

3. Melek teknologi
Pria kadang menyepelekan pengetahuan wanita tentang teknologi. Inilah jalan terbaik untuk membuatnya terkesan padamu. Jadilah wanita yang melek teknologi alias tidak gaptek.

4. Menyibukkan diri
Wanita yang aktif memiliki daya tarik lebih besar dibanding mereka yang pasif. Maka, lakukan aktivitas ekstra yang membuatmu selalu aktif di hadapannya.

5. Menantangnya
Cara paling sederhana untuk menantang pria adalah dengan bertaruh dengannya. Tantanglah dia untuk melakukan hal-hal yang kamu bisa.
Pria suka wanita yang membuatnya merasa tertantang. Ketika dia tidak merasakannya, hubungan itu akan membuatnya cepat bosan. 

Almarhum Teungku Sofyan Ibrahim Tiba : Benarkah Negara Aceh Belum Bubar?

Saya tertarik menulis posting ini setelah melihat gambar Tgk Sofyan Ibrahim Tiba bersama Adnan Buyung Nasution diposting oleh Hendra Budian di wall Facebook miliknya. Hendra memberi keterangan foto tersebut, “Pahlawan perdamaian Aceh bersama pengacaranya ketika juru damai didakwa sbg teroris...” Ya, semasa hidupnya, Sofyan Ibrahim Tiba selain sebagai dosen di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Aceh, beliau juga terlibat sebagai juru runding Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Teungku Sofyan asli putra Pidie. Dia lahir di desa Tiba, Beureuenuen, Mutiara, pada 17 Juli 1947. Tak ada yang tahu kapan persisnya beliau terlibat dalam Gerakan Aceh Merdeka yang didirikan oleh Teungku Hasan diTiro. Namun, saya pernah membaca satu buku yang ditulisnya, Referendum Aceh Ditinjau dari Aspek Hukum Internasional. Ini buku cukup menarik dan aktual karena ditulis ketika tuntutan referendum Aceh menggema di seluruh Aceh serta menjadi perhatian public nasional dan internasional. Teungku Sofyan menyorot soal referendum Aceh dari aspek hukum internasional serta hak asasi manusia. Dari buku tersebut, jelas menunjukkan, bahwa Sofyan Ibrahim Tiba menaruh perhatian besar pada gerakan pembebasan Aceh.
Saya pernah memiliki buku Referendum Aceh tersebut, hadiah dari putra beliau, Oki Rahmatna Tiba (Oki Tiba). Buku itu dihadiahkan untuk saya ketika sedang menyelesaikan skripsi Propaganda Sentral Informasi Referendum Aceh. Namun, sialnya, buku tersebut hilang (kasarnya dicuri) dari tumpukan buku di rumah kost saya. Saya sangat yakin, ada teman yang sengaja mengambil buku itu dan tidak mau mengembalikan lagi. Beruntungnya, saya sempat mencatat beberapa bagian penting buku tersebut untuk skripsi saya.---> semoga jika sempat membaca bagian ini sang teman yang mengambil buku tersebut mau mengembalikan untuk saya.
Lalu, apa hubungannya dengan judul di atas? Baca saja, nanti pembaca akan tahu sendiri bagaimana kaitannya. Sebagai informasi, Teungku Sofyan Ibrahim Tiba terlibat sebagai perunding GAM sejak 2000 ketika tercapai kesepakatan Jeda Kemanusiaan antara Pemerintah RI dan GAM. Setelah Jeda Kemanusiaan berakhir, Teungku Sofyan menjadi utusan khusus GAM sekaligus sebagai Ketua Tim Perunding di Joint Security Committee (JSC). JSC yang dipimpin Thanongsuk Tuvinum, perwira militer asal Thailand, merupakan  lembaga bersama antara GAM, Pemerintah RI, dan Tim Pemantau Asing dari Hendry Dunant Centre (HDC) yang memediasi dialog di Jenewa yang dikenal dengan CoHA (Cessation of Hostilities Agreement).  CoHA disepakati pada 9 Desember 2002.
Kesepakatan CoHA ternyata tak bertahan lama. Karena, perselisihan pendapat terus terjadi antar para pihak. Terakhir, pihak GAM meminta HDC agar mengeluarkan tim pemantau dari Philipina yang diduga terlalu memihak Pemerintah Indonesia. Selain itu kerap terjadi pelanggaran terhadap zona damai. Terakhir, terjadi pembakaran kantor JSC Aceh Tengah oleh para milisi. Sejak saat itu, kondisi Aceh kembali memanas, hingga muncul tuntutan pembubaran JSC dan pencabutan mandate terhadap HDC.
Para pihak kemudian sepakat untuk berunding kembali yang difasilitasi oleh Amerika, Uni Eropa dan Pemerintah Jepang di Tokyo. Namun, para juru runding GAM yang hendak hadir ke Tokyo ditangkap. Mereka dilarang meninggalkan Aceh untuk waktu yang tidak ditentukan. Perundingan Tokyo juga gagal meredam situasi Aceh yang memanas. CoHA tak bisa diselamatkan.
Puncaknya, pada 19 Mei 2003, Presiden Megawati mengumumkan penerapkan darurat militer di Aceh. Akibatnya, Sofyan Ibrahim Tiba dan tim JSC dari GAM seperti Amni Ahmad Marzuki, Muhammad Usman Lampoh Awe, Nashrudin bin Ahmed ditangkap di Hotel Kuala Tripa. Mereka dituduh makar dan terlibat terorisme, dan dihukum 15 tahun penjara.
Dalam satu persidangan yang digelar di PN Banda Aceh pada Kamis, 9 Oktober 2003, Teungku Sofyan Ibrahim Tiba menyampaikan tanggapan atas tuntutan jaksa penuntun umum. Judul tanggapannya, “Sesungguhnya Negara Aceh Belum Bubar”. Pledoi itu berjumlah 39 (sama dengan nomor urut Partai Aceh dalam Pemilu 2009, hehehe) halaman. Isinya, sangat beragam, dari soal sejarah konflik Aceh, legalitas perjuangan GAM, hingga tuntutan GAM ditinjau dari aspek hukum internasional.
Saya hanya mengutip beberapa bagian saja. Menurutnya, Konflik Aceh juga dapat dipandang dan dianalisa dengan beberapa jenis hukum tertentu terhadap tindakan dan tujuan Gerakan Aceh Merdeka, yaitu:
Pertama, Dalam Analisa Hukum Tata Negara Indonesia. Gerakan Aceh Merdeka yang berjuang memperoleh kemerdekaan kepada Aceh, sesungguhnya tidak melawan hukum. Alenia pertama UUD 1945 memberi peluang untuk mencapai tujuan itu sebagai hak Bangsa Aceh, ”Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala Bangsa, dan oleh karena itu semua penjajahan di atas dunia, harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Status Aceh jelas sebagai sebuah Bangsa, bukan Suku Bangsa. Karena untuk menyebutkan Aceh sebagai sebuah Suku Bangsa, tidak ada rujukan yang jelas. Akan tetapi menyangkut dengan status Aceh sebagai sebuah Bangsa, jelas merupakan suatu ketentuan di dalam Ilmu Negara tentang teori hapusnya suatu negara atau suatu Bangsa.
“Suatu negara atau bangsa yang telah ada di dunia hanya akan hilang statusnya kalau terhadapnya akan terjadi salah satu dari 2 sebab, yaitu pertama alasan alam, kalau misalnya buminya hancur/tenggelam menjadi lautan, dan kedua karena alasan politis, kalau Bangsa dari negara itu telah menggabungkan diri dengan suatu bangsa lain. Penggabungan yang dimaksudkan itu boleh menjadi bagian dari suatu negara lain, ataupun mendirikan sebuah negara bersama. Kita memaklumi bahwa Bangsa Aceh pada ketika pendudukan Belanda tidak pernah mengakui kedaulatan Belanda di Aceh. Dalam kedaulatan NKRI hingga sekarang secara prosedur yang patut, Aceh belum pernah dilaksanakan proses penggabungan. Dengan demikian menurut Hukum Tata Negara Indonesia, Aceh berhak untuk mendapatkan kemerdekaannya kembali. Hak dari bangsa Aceh yang dimaksudkan itu, juga ada kepentingan Bangsa Indonesia untuk mempertegas dan menjawab tuduhan Gerakan Aceh Merdeka yang menyatakan bahwa Pemerintahan Indonesia atas Aceh adalah kolonialis atau penjajahan. Bahwa Aceh untuk menjadi sebuah negara merdeka yang merupakan haknya atau menjadi bagian dari NKRI bila rakyat tetap menghendaki haruslah ditempuh melalui proses yang patut.”
Kedua, Analisa Hukum Internasional. Hak menentukan nasib sendiri rakyat dan kesatuan-kesatuan yang belum merdeka diakui secara tegas oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Resolusi tentang Penentuan Nasib Sendiri (Resolution on Self Determination) tanggal 12 Desember 1958. Pada tanggal 10 November 1975, Majelis Umum kembali mengeluarkan sebuah Resolusi, “Pentingnya realisasi universal atas hak rakyat untuk menentukan nasib sendiri, terhadap kedaulatan nasional dan integritas wilayah, dan mempercepat pemberian kemerdekaan kepada negeri-negeri dan rakyat-rakyat terjajah sebagai kewajiban untuk dinikmatinya hak-hak manusia.”
Tampaknya hak untuk menentukan nasib sendiri berkonotasi kepada kebebasan untuk memilih dari rakyat yang belum merdeka melalui plebisit atau metode-metode lainnya untuk memastikan kehendak rakyat.
Ketiga, Analisa Hukum Islam. Para Fuqaha (ahli-ahli hukum Islam) berpendapat bahwa dalam Islam tidak terdapat keharusan untuk mendirikan suatu negara Islam. Tidak ada sumber-sumber hukum yang konkrit bagaimana bentuk difinitif dari suatu negara Islam. Akan tetapi untuk membentuk dan mempertahankan keberadaan suatu negara mesti merujuk kepada hukum-hukum agama. Banyak pengalaman bangsa-bangsa di dunia untuk membentuk suatu negara dan dalam mempertahankan keberadaan suatu negara, tidak bisa mengelak dari keharusan untuk berperang atau menggelar perang. Sumber hukum Islam utama yaitu Al Quran dan sumber hukum Islam kedua Al Hadis, tidak mengatur dengan siapa boleh dan tidak boleh berperang.
Akan tetapi menurut sumber hukum Islam yang ketiga, yaitu Ijmak (kesepakatan para ulama) dengan tegas telah memfatwakan bahwa karena 3 alasan, Islam membenarkan bahkan mewajibkan untuk menggelar perang. Dan seseorang yang mati karena berperang dengan 3 alasan itu, akan mendapat pahala syahid.
Alasan-alasan berperang, yaitu 
1) kalau diserang oleh suatu negara asing. Tidak dijalaskan negara yang menyerang itu beragama Islam ataupun bukan,
2) kalau dizalimi. Baik terhadap nyawa atau pun harta, oleh siapapun, termasuk kalau dizalimi oleh aparat negara sendiri, jelas melanggar HAM.
3) kalau agama dilecehkan dan dihambat kesempatan beribadah.
Teungku Sofyan menjelaskan bahwa konflik bersenjata (perang) yang terjadi di Aceh, memang tidak dapat dikaitkan dengan alasan pertama dan ketiga. Tapi, yang menjadi landasan adalah alasan kedua yaitu karena dizalimi oleh aparat negara terhadap nyawa dan harta. Alasan itulah yang merasupi semangat juang para prajurit TNA yang bertempur di lapangan.
GAM Ingin Sempurnakan Syarat Bernegara
Menurut Teungku Sofyan Ibrahim Tiba, GAM sebagai pejuang hak-hak Bangsa Aceh bertujuan untuk menegakkan kembali kedaulatan Negara Aceh yang bermasalah sejak pendudukan Belanda tahun 1873. Caranya, kata Sofyan, dengan menyempurnakan syarat-syarat sahnya Negara, yaitu a). Ada Rakyat  yang mendiami suatu wilayah tertentu.  b) Ada Wilayah tertentu yang menjadi basis teritorial negara. c) Ada Pemerintah yang diakui oleh rakyatnya. d) Ada Pengakuan Internasional, ataupun kemampuan pemerintah itu untuk mengadakan hubungan internasional.
Dalam pembelaannya, Teungku Sofyan bersikukuh bahwa dari 4 syarat tersebut bagi GAM telah memperoleh 3 yaitu rakyat, wilayah dan pemerintah di bawah kepemimpinan Dr. Teungku Hasan M di Tiro. Sedangkan syarat ke-4 yaitu pengakuan internasional atau pun kemampuan pemerintah itu untuk mengadakan hubungan internasional sedang dalam perjuangan.
Menurutnya, capaian perjuangan tujuan GAM paling kurang telah mencapai 75%. Karena apabila bobot 4 syarat itu jika dianggap sama, maka tiap bobot adalah 25%. Tiga bobot yang telah ada berarti 75%.
“Dalam praktek Hukum Internasional terakhir ini syarat pengakuan internasional sudah tidak mutlak. Yang penting adalah hubungan internasional. Persyaratan ini dipraktekkan oleh Negara Cina Taiwan yang tidak mendapatkan pengakuan internasional terhadap keberadaan negaranya. Walaupun begitu dengan kemampuan pemerintahnya mengadakan hubungan internasional, negara itu tetap eksis. Namun tidak semudah itu dapat diterapkan oleh pemerintah GAM terhadap Aceh.”
Pun demikian, lanjutnya, walaupun dari segi pencapaian syarat-syarat sahnya negara telah memperoleh banyak kemajuan, misalnya dengan nilai bobot telah mencapai 75%, perjuangan kemerdekaan Aceh akan berhadapan dengan suatu kendala besar.
Teungku Sofyan menyampaikan bahwa kemerdekaan Aceh akan terlaksana dengan persetujuan 3 pihak, yaitu: Pertama, Persetujuan Bangsa Aceh. Kedua, Persetujuan MPR Indonesia. Ketiga, Persetujuan Internasional.
Dari 3 syarat persetujuan itu, lanjutnya, baru ada persetujuan bangsa Aceh. Teungku Sofyan beralasan, bila dilaksanakan poling pendapat secara jujur, langsung, bebas, dan rahasia, syarat itu akan diperoleh. ---->sebagai informasi, ketika panitia SIRA RAKAN menggelar polling soal masa depan Aceh, lebih 95% masyarakat Aceh memilih memisahkan diri dari Indonesia.
Terlihat jelas, bahwa keikutsertaan Teungku Sofyan Ibrahim Tiba dalam GAM bukan setengah-setengah, tapi secara total. Meski mendekam dalam Penjara LP Keudah, Sofyan tetap percaya konflik di Aceh tidak akan dapat diredam dengan perlawanan bersenjata oleh Indonesia. Ia pun berharap para pihak kembali ke meja perundingan, agar Aceh kembali aman dan damai. Dan juga mereka yang ditahan agar bisa kembali menghirup udara bebas.
Namun, garis hidup berkata lain. Saat Pemerintah Indonesia berusaha memindahkan tahanan GAM keluar Aceh, termasuk memindahkan para juru runding ke pulau Jawa, kondisi Sofyan sedang memburuk dan dirawat di RS Kesdam Banda Aceh. Hal itu membuatnya tidak jadi dipindahkan ke pulau jawa seperti rekan-rekannya. Beliau tetap bertahan di LP Keudah, Banda Aceh, bersama Irwandi Yusuf yang juga tokoh Gerakan Aceh Merdeka.
Teungku Sofyan Ibrahim Tiba meninggal setelah gempa dan Tsunami pada 26 Desember 2004 silam menghantam Aceh. Beliau berada di LP Keudah yang luluh lantak dihantam tsunami.
“Semoga Allah melapangkan kuburan dan menempatkan beliau di tempat yang layak.” Saya menulis komentar ini pada foto yang diposting Hendra Budian.
 
http://jumpueng.blogspot.com

Cara mudah menambah kapasitas Flash Disk

Flash Disk saat ini sudah bukan barang yang langka lagi, terbukti dari orang dewasa dan anak-anak sudah mengenal bahkan memiliki flash disk, sampai sekarangpun harga flash disk semakin murah yang dulunya kita harus mengeluarkan uang ratusan ribu hanya untuk mendapatkan flash disk 1 giga namun sekarang dengan 50 ribu saja kita sudah dapat yang berkapasitas 4 Gb, selain harga murah merekpun semakin banyak yang bisa kita pilih sesuai keinginan dan budget kita.

Bagi anda yang dahulunya pernah membeli flash disk yang ukuran kurang dari 1 Gb dan masih baik kondisinya, anda bisa mengupgradenya atau menambah kapasitasnya menjadi 2 Gb, untuk menambah kapasitas flash disk tersebut caranya cukup mudah dan simpel, untuk hali ini kita hanya membutuhkan sebuah sofware yang bisa anda download disini (94.03 KB) secara gratis. Berikut caranya:
  1. Format dahulu flasdisk anda, jangan lupa pindahkan semua data yang ada di Flash disk sebelum anda memformatnya.
  2. Selanjutnya jalankan Software yang sudah anda download.
  3. Pilih lokasi Drive flash disk anda.
  4. Kemudian Klik FIX --> OK --> OK ---> OK
  5. Setelah itu cabut flash disk dan colokkan kembali.
  6. Terakhir silahkan anda cek hasilnya dengan melihat properties Flash disk.
Mudah bukan?, itu saja sedikit tutorial tentang  Cara mudah menambah kapasitas Flash Disk semoga bermanfaat.
Selamat mencoba.
 http://kucobaberbagi.blogspot.com

Hebat : Swedia Menuju Negeri Tanpa Uang Tunai

STOCKHOLM - Swedia terus melaju menjadi komunitas yang tidak menggunakan uang tunai alias kartal, sebab transaksi kini mengandalkan Internet dan teknologi mobile.
Seperti dilaporkan jaringan Al Jazeera, Minggu, dia Swedia kini hanya sekitar 3 persen transaksi yang melibatkan uang tunai.
Transaksi jual-beli di supermarket telah banyak dilakukan dengan cukup menggesekkan kartu kredit, atau pemindai otomatis.

"Saya tidak butuh uang tunai," kata Karin Linder, seorang ibu yang sedang berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan di Skockholm, Swedia.
Untuk berkendaraan umum, penduduk di Swedia juga sudah terbiasa menikmati tiket pra-bayar yang bisa diisi ulang saldonya lewat Internet.

Tren meninggalkan uang tunai di Swedia ditopang oleh berbagai teknologi yang memungkinkan orang untuk tidak lagi perlu membayar secara tunai. Pembelian bisa dilakukan lewat beberapa "klik" di Internet--yang kini bisa diakses lewat ponsel.
Swedia telah menikmati Internet banking sejak 20 tahun lalu. Generasi muda di sana telah terbiasa dengan konsep non-tunai. 

| sumber: antaranews

Sejarah 9 September: Ulama Aceh Larang Perempuan Jadi Pegawai

ERA kemerdekaan setelah proklamasi lahir di Jakarta, Aceh sebagai daerah yang menyatakan ikut berjuang untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terus melakukan perubahan-perubahan terhadap kebiasaan peninggalan penjajah, baik Belanda maupun Jepang yang dirasakan buruk untuk mentalitas penduduk Serambi Mekkah ini.Melalui birokrasi Jabatan Agama dan kekuatan politik, Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) sebagai organisasi besar di Aceh pada masa itu bersama Masyumi, Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dan Mujahidin, berusaha memberantas perilaku yang bertentangan dengan Syariat Islam di Aceh.
Seperti ditulis sejarawan Aceh Profesor Isa Sulaiman dalam bukunya "Sejarah Aceh; Sebuah Gugatan Terhadap Tradisi,"  Teuku Muhammad Amin dan Teungku M. Daud Beureueh selaku tokoh Aceh pada masa itu, melalui sidang Badan Pekerja Dewan Perwakilan Aceh (BPDPA) pada tanggal 29 Juli hingga 9 September 1946 mengusulkan agar murid perempuan dari Sekolah Menengah dilarang bermain sandiwara (tonil). Kaum perempuan juga  dilarang menjadi pegawai. Alasannya,  pada masa Jepang, perempuan yang menjadi pegawai dijadikan sebagai bunga kantor. Pada saat itu, wanita juga disediakan wagon khusus di kereta api.

Hal ini dilakukan tokoh-tokoh Aceh karena merasa takut apabila kebiasaan-kebiasaan buruk pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang tersebut, terus berlanjut setelah Indonesia mendapatkan kemerdekaan. Keputusan larangan ini dilakukan secara bijaksana agar kaum wanita terlindungi di masa transisi kemerdekaan tersebut, dari kebiasaan-kebiasaan pejabat pribumi yang sudah terbiasa dengan prilaku para pejabat Belanda dan Jepang selama mereka menancapkan kukunya di Aceh dan Indonesia.
Selain larangan di atas, kedua tokoh Aceh ini juga menyorot tradisi pemeliharaan nyai (gundik) yang kerap dipraktekkan sejak jaman Belanda hingga masa Jepang.
Dalam sidang itu, para tokoh PUSA ini juga mengajukan sepuluh tuntutan lainnya yang menjadi pembahasan sidang. Diantaranya menyangkut larangan memperjual belikan minuman keras, pemisahan rumah tahanan lelaki dan wanita, hukuman berat kepada pelaku zina dan judi, pengadaan jam pelajaran agama di sekolah-sekolah umum, sensor film dan sandiwara, serta pengalihan kantor Harta Negara kepada Baital Mal.
Dalam sidang tersebut, usulan-usulan ini pada 9 September 1946 mendapat dukungan dari pemuka agama di Aceh yang menandakan lahirnya sistem kepemerintahan Islam dan pondasi awal penegakkan Syariat Islam di Aceh, dalam bentuk hukum dan demokrasi yang sah.
 http://atjehpost.com

Dahlan Iskan kuliah Umum : Terminal Gas Arun Dihidupkan, Ekonomi Aceh Ikut Hidup

Pemerintah melalui Kementerian BUMN memutuskan Kilang LNG Arun di Blang Lancang Lhokseumawe akan dijadikan Receiving Terminal atau Terminal Penerima LNG. Apa keuntungan bagi masyarakat Aceh dengan adanya Terminal Gas itu?
“Pertama, sekarang ini terminal itu kan sudah nganggur, dengan difungsikan sebagai receiving maka itu hidup lagi, dengan demikian ekonomi di sini ikut hidup. Kedua, nanti kita bisa menyuplai (gas) ke pabrik pupuk yang di sini, juga pembangkit listrik yang di sini. Banyaklah keuntungannya,” kata Menteri BUMN Dahlan Iskan saat ditemui di Guest House PT Arun, di Batuphat, Lhokseumawe, Sabtu 1 September 2012.

Apakah keberadaan Receiving Terminal itu dapat menjanjikan semua industri di Aceh yang membutuhkan gas akan hidup kembali? “Saya tidak tahu sekarang ini ada berapa industri di Aceh yang memakai gas, tapi yang jelas, tidak hanya Aceh, untuk Medan pun industri yang memerlukan gas akan bisa tercover,” kata Dahlan Iskan.

Saat ini hanya satu dari dua pabrik PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Krueng Geukuh Aceh Utara yang hidup, bagaimana dengan kebutuhan gas untuk pabrik satu lagi? “Tadi sudah dibicarakan (dalam pertemuan) bagaimana cara menghidupkan pabrik yang kedua, mungkin 2014 nanti hidup pabrik yang kedua,” kata Dahlan Iskan didampingi Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan jajaran PT Pertamina, PT Arun dan PT PIM
 http://atjehpost.com

Dari Koordinator GAM ke DPR RI

DIA adalah politikus PAN yang mewakili dapil Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) I. Bernama lengkap Sayed Mustafa, ia dilantik menjadi anggota DPR untuk menggantikan Azwar Abubakar yang baru ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB).

Oleh pimpinan fraksinya, Sayed dipercaya untuk duduk di komisi I, yang di antaranya membidangi pertahanan dan intelijen. Karena itu, TNI dan BIN menjadi mitra kerja Sayed sekarang.
Sebagai mantan tokoh penting GAM, Sayed pernah mengalami masa-masa yang kurang menyenangkan dengan dua institusi negara tersebut. Tapi, bagi Sayed, itu sepenuhnya masa lalu. Sekarang dia justru bersemangat mendorong profesionalisme intelijen negara.
"Dulu berseberangan ideologi. Bahasa kasarnya musuh lah. Tapi, sekarang saya sering berdiskusi dengan teman-teman intelijen yang beberapa di antaranya sebelumnya sudah saya kenal," kata Sayed saat berbincang dengan Jawa Pos di Jakarta kemarin (28/8).

Saat Sayed mulai muncul di DPR, beberapa kolega sesama anggota komisi I sempat bertanya dengan nada bercanda mengenai GAM. "Saya bilang kepada teman-teman itu bahwa GAM sudah ada di sini (DPR, Red), tidak ada lagi di sana," cerita Sayed, lantas tertawa lepas.
Setelah tercapai perjanjian damai melalui MoU Helsinki yang ditandatangani di Helsinki, Finlandia, pada 15 Agustus 2005, Sayed memastikan bahwa aktivis GAM sudah kembali ke tengah masyarakat. Sebagai warga negara, mereka memiliki hak yang setara dengan warga negara lainnya.
"Sebagai WNI, saya mengambil posisi berkolaborasi dengan teman-teman di DPR," imbuh pria kelahiran Kabu Tunong, Kecamatan Seunagan Timur, Nagan Raya, NAD, pada 4 Juli 1962 itu.
Sayed menuturkan, dalam kurun 1986"1988 dirinya sempat bekerja di Jakarta pada sebuah perusahaan ekspor-impor berlabel PT Inabuna. Sekitar pertengahan 1988, Sayed membuat keputusan untuk ikut mendirikan GAM Aceh Barat-Aceh Selatan yang membawahkan delapan kabupaten.
Setelah sebelas tahun menggalang kekuatan GAM di Aceh, pada 1999 Sayed yang baru resmi menjadi koordinator GAM Aceh Barat dan Aceh Selatan itu kembali ke Jakarta. "Saya ditugaskan mencari perlengkapan perang," ujar dia. Selama berada di Jakarta, Sayed nyambi bekerja di PT Gunung Agoi Nusantara yang bergerak di bidang pengurusan jasa ekspor-impor di Tanjung Priok dan Bandara Soekarno-Hatta.

Di tengah situasi yang kian panas antara pemerintah RI dan GAM, pada Oktober 2003 Sayed ikut dalam lobi dengan Jusuf Kalla di Hotel Okura, Amsterdam. Setelah Sayed pulang dari forum negosiasi itu, aktivitasnya terus dipantau aparat keamanan. Pada 24 Maret 2004 dia ditangkap.
"Saya ditangkap di sebuah mal di Depok," kenang suami Elly Susilawati yang dianugerahi dua anak tersebut. Sayed mengaku saat itu sempat mengalami kekerasan. "Tapi, bukan sama penangkapnya. Yang menangkap saya orang baik-baik semua. Saya disiksa setelah ditangkap," katanya.
Soal keputusannya untuk menjadi politikus, Sayed juga punya cerita. Awalnya, dia mengaku tidak berminat untuk bergabung dengan partai politik. Tapi, ajakan dari beberapa temannya di Aceh dan Jakarta meluluhkan hatinya. Pada 2008 Sayed resmi bergabung dengan PAN. "Saya dipertemukan dengan Pak Zulkifli Hasan (Sekjen PAN 2005"2010 yang kini menjadi menteri kehutanan, Red)," ujar Sayed.
Mengapa PAN yang dipilih" Sayed kembali bercerita, setelah ditangkap pada 2004, dirinya langsung diadili. Pada tahun yang sama Sayed divonis 16 tahun penjara. Selama delapan bulan pertama menjalani kehidupan di penjara, dia tidur dalam keadaan tangan diborgol.
"Suatu malam, saat tidur dengan tangan masih diikat itu, kalau nggak salah Oktober, saya bermimpi. Datang Prof Amien Rais, masuk ke "kamar kost" (penjara, Red). Beliau ucapkan salam, saya jawab. Kami bersalaman. Kemudian, beliau minta izin pulang tanpa ngomong apa-apa. Prof Amien Rais datang lengkap dengan baju PAN dan atributnya," kenang Sayed.
Mimpi itu terus diingat Sayed. "Saya sendiri belum pernah cerita ke Pak Amien," ucap Sayed, lantas tersenyum. Dia semakin bersemangat untuk bergabung dengan PAN karena sepupunya, yakni mantan Bupati Aceh Selatan Sayed Mudhahar Ahmad (almarhum), merupakan pendiri sekaligus ketua pertama PAN Aceh pada 1999.

Sayed berharap pemerintah dapat memelihara perdamaian yang sudah terbangun di Aceh. Terutama komitmen mendorong kesejahteraan masyarakat.
"Bukan Aceh saja, tapi seluruh warga negara berhak mendapatkan kesejahteraan. Konflik di Aceh itu sudah tidak ada lagi lah. Luka lama tidak usah diungkit-ungkit. Bangun Aceh dalam nuansa Indonesia sesuai dengan harapan semua orang," tegas Sayed.