post-thumbnail{float:left;margin-right:20px}

pondra, mantan Striker PSAP Jadi Kuli Bangunan

PONDRA, begitulah orang menyapanya. Sosok lelaki muda ini tak asing di mata pencinta si kulit bundar di Kabupaten Pidie, Bireuen, serta Aceh. Pemain kelahiran Gampong Lampeudeu Tunong, Tijue, Kecamatan Pidie, begitu garang ketika tampil di lapangan hijau. Terlebih, dia berposisi sebagai striker.

Gol demi gol lahir dari aksi-aksinya. Teranyar, Pondra dikenal memiliki sundulan mematikan. Itu ditunjukkan ketika dia membela PSSB Bireuen musim 2009/2010. Di bawah sentuhan Rudi Saari, ayah dua anak ini begitu diandalkan. Dan, puncaknya sundulan akuratnya membawa PSSB sukses menekuk Persiraja, 1-0, di Stadion Cot Gapu.

Seiring dengan perjalanan karir terus menanjak dengan tim asal Bireuen, berkat kecepatan dan ketajaman yang dimiliki pemain muda itu, akhirnya Pondra dipanggil kembali bergabung besrama Laskar Aneuk Nanggroe---julukan PSAP Sigli--- untuk musim 2010/2011.

Pilihan Pondra ternyata tak salah. Dia bersama rekan-rekannya mampu membawa PSAP tembus ke delapan besar di Tengarong, Kalimantan Timur (Kaltim). Ketika itu, Pondra harus bersaing dengan Osas Saha, serta Sayuti. Jelasnya, dia memiliki kontribusi bagi perjalanan PSAP pada musim lalu.

Sebenarnya, Pondra bukanlah pemain baru di PSAP. Karena, di musim 2008/2009, dia dipilih untuk membela bonden Pidie usai memastikan tiket promosi ke divisi utama. Dan, rekomendasi atas dirinya datang dari sosok pelatih sarat pengalaman asal Bali, Sofyan Hadi.

Hanya saja, impian Pondra merajut karirnya di dunia sepakbola kini harus terhenti di tengah jalan. Pasalnya, Pondra yang dahulu begitu garang kini didera cedera lutut kanan. “Kaki saya semakin hari kian mengecil akibat cedera lutut. Kondisinya sudah cukup parah karena tulang di lutut berhubungan langsung dengan urat saraf,” cerita Pondra kepada Serambi, Selasa (6/3) kemarin.

Bahkan, aku Pondra, dia telah mencoba baik secara tradisonal maupun medis. Akhirnya dari dianogsa dokter saraf, jika cederanya tak juga pulih, maka Pondra terancam lumpuh di usia muda. “Saya tak punya uang, maka saya harus begini. Padahal, saya sangat butuh uang untuk bisa berobat,” keluhnya.

Guna mencari uang untuk berobat, Pondra yang begitu dielu-elukan di lapangan hijau, kini banting setir. Ya, mantan striker PSAP Sigli ini menjadi kuli bangunan. Dari buruh bangunan, Pondra digaji Rp 70.000 per hari. Kecuali itu, dia juga harus menghidupkan keluarga dan dua anaknya yang masih kecil.

Padahal, kata Pondra, ia masih ada sisa gaji pada pengurus PSAP yang belum kunjung dibayar sampai sekarang. “Sisa gaji saya sama pengurus PSAP sebesar Rp 46 juta sudah setahun belum dibayar. Padahal, uang itu sangat-sangat saya perlukan sekarang, karena bisa meringankan biaya pengobatan lutut saya ini,” kata Pondra.

Ia telah berulang kali menagih gaji tersebut kepada Bendahara PSAP Sigli, T Irwansyah. Tapi, janjinya besok. Anehnya, sampai sekarang tetap belum dibayar. “Kenapa nasib saya ditakdirkan begini, kemana saya harus mengadu. Kenapa saya susah mengambil gaji yang merupakan harta saya itu. Tolong pak bupati bantu saya,” pinta Pondra dengan wajah tertunduk sedih.

Bendahara PSAP Sigli, T Irwansyah, kepada Serambi, kemarin, menjelaskan, sebenarnya pengurus bukan tidak membayar gaji mantan pemain PSAP, termasuk Pondra. Karena, saat ini tim PSAP kekurangan dana. PSAP butuh dana Rp 7,5 miliar. Sementara dana dialokasikan Pemkab Rp 5,5 miliar. Jadi masih kurang Rp 1,7 miliar. “Jadi kami pengurus akan duduk kembali membicarakan masalah gaji mantan pemain yang belum kami bayar itu. Karena gaji mereka tetap kami bayar,” katanya.

Lalu, sampai kapankah Pondra harus menunggu hak tersebut? Saat ini dia begitu butuh dengan uang untuk berobat. Padahal, di dalam kontrak jelas tersebut, jika Pondra punya hak. Jadi, pengurus PSAP harus buka pintu hati lebar-lebar untuk melunasi hak Pondra. (muhammad nazar) 


sumber :  http://aceh.tribunnews.com