Indonesia menghadapi empat tantangan berat, yaitu menyusutnya
cadangan minyak bumi, gas alam, dan batubara; ledakan penduduk;
pemerintahan yang lemah, tidak efisien, dan korupsi yang meluas, serta
ketimpangan struktural yang menimbulkan ketidakadilan.
Oleh: Budi Sucahyo
Kursi yang tersedia di tempat berlangsung ceramah
umum Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto di Hotel
Mandarin Marina, Singapura, sudah terisi penuh. Masyarakat Singapura dan
Indonesia yang berada di sana tampak begitu antusias ingin menyaksikan
ceramah umum itu. Bahkan, banyak aplikasi pendaftaran untuk mengikuti
ceramah umum itu ditolak karena kuota kursi sudah habis.
Pada 1 Agustus 2012, Rajaratnam School of International Studies
(RSIS) Nanyang Technological University (NTU), Singapura, mengundang
Prabowo Subianto untuk berbicara dalam sebuah ceramah umum. Prabowo
menyampaikan ceramah umum bertema “Indonesia Facing the Future:
Challenge for the Next 20 Years”. Prabowo Subianto adalah orang
Indonesia pertama diundang memberi ceramah umum dalam kapasitas sebagai
salah satu calon kuat pemimpin Indonesia 2014. RSIS juga berencana akan
mengundang beberapa calon pemimpin lainnya.
Sekitar 200 tamu menghadiri ceramah umum ini. Mereka antara lain Duta
Besar Indonesia untuk Singapura Andri Hadi dan wakilnya Kenssy D.
Ekaningsih; Duta Besar Timor Leste untuk Singapura dan Brunei, Roberto
Sarmento de Oliveira Soares; Sudradjat Djiwandono dan Bianti
Djiwandono; Hashim Djojohadikusumo; Didit Hadiprasetyo; Fadli Zon; serta
para akademisi, masyarakat bisnis, dan wakil organisasi masyarakat.
Mengenakan jas dengan dasi berwarna merah, Prabowo mengawali ceramah
dengan menyampaikan pandangannya tentang Indonesia. “Saya ingin
menyampaikan pandangan saya kepada forum ini bahwa Indonesia memang
memiliki potensi riil untuk menjadi sebuah negara maju, sejahtera, dan
modern pada abad ke-21 dan sesudah itu,” katanya.
Namun, lanjut Prabowo, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
potensi itu dapat diwujudkan hanya jika sejumlah tantangan besar dapat
diatasi. Inilah inti ceramah Prabowo Subianto: Indonesia menghadapi
empat tantangan berat, yaitu menyusutnya cadangan minyak bumi, gas alam,
dan batubara; ledakan penduduk; pemerintahan yang lemah, tidak efisien,
dan korupsi yang meluas; serta ketimpangan struktural yang menimbulkan
ketidakadilan.
Mengenai tantangan pertama, Prabowo menjelaskan bahwa Indonesia saat
ini menghabiskan sekitar 500 juta barel setiap tahun dengan kenaikan
sebesar 10 juta barel per tahun. Cadangan minyak Indonesia yang sudah
terbukti saat ini berjumlah 4,3 miliar barel. “Tanpa penemuan sumber
minyak baru, cadangan minyak Indonesia akan habis dalam waktu 12 tahun.
Ini berarti bahwa pada 2024 Indonesia harus mengimpor semua kebutuhan
minyaknya dari negara lain atau menggantinya dengan sumber energi
alternatif,” paparnya.
Tantangan kedua yang dihadapi Indonesia adalah ledakan penduduk.
Prabowo mengungkapkan, sekarang Indonesia berpenduduk 241 juta jiwa.
Menurut badan statistik Indonesia, setiap tahun penduduk naik 1,6%.
Artinya, dalam jangka waktu 10 tahun, pertambahan penduduk Indonesia
setara dengan enam kali penduduk Singapura. Dalam kurun waktu 10 tahun,
pertambahan penduduk Indonesia melebihi jumlah penduduk Malaysia saat
ini.
“Dalam waktu 20 tahun yang akan datang, penduduk Indonesia akan
bertambah 76 juta mulut baru yang harus diberi makan. Akan ada tantangan
untuk menyediakan perumahan, klinik, rumah sakit, dan paling penting
lapangan kerja dan pangan,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia itu.
Jika Indonesia tidak mampu mengontrol pertumbuhan penduduk melalui
program keluarga berencana, lanjut Prabowo, terjadi kesenjangan antara
jumlah penduduk dan penyediaan pangan. Krisis pangan ini bisa
menimbulkan goncangan, pergolakan dan disintegrasi.
Berikutnya, tantangan ketiga adalah pemerintahan yang tidak efisien
dan korupsi. Prabowo menggambarkan, tantangan ketiga ini sebagai sebuah
lingkaran setan. Mengapa? Sebab, pemerintahan yang lemah mengakibatkan
kerja yang tidak efisien. Kerja yang tidak efisien mengakibatkan
korupsi. Korupsi mengakibatkan tidak adanya pembangunan, tidak adanya
pertumbuhan ekonomi, dan tidak adanya layanan dasar masyarakat.
“Kesenjangan dan ketimpangan biasanya menyebabkan negara lemah atau
bahkan gagal,” ucapnya.
Terakhir, tantangan keempat adalah struktur perekonomian yang tidak
seimbang. Prabowo mencontohkan sirkulasi uang di Indonesia. Sebanyak 60%
dari seluruh uang di Republik Indonesia beredar di ibukota Jakarta.
Sebanyak 30% beredar di 32 kota lainnya. Hanya 10% dari uang yang
beredar di seluruh Indonesia ada di pedesaan. Sementara 60% penduduk
Indonesia tinggal di pedesaan. “Ini berarti 10% dari seluruh uang yang
beredar di Indonesia dinikmati 60% penduduk Indonesia,” ujarnya.
Prabowo juga memberi ilustrasi lain, yaitu persebaran uang di antara
penduduk dilihat dari rekening di bank-bank seluruh Indonesia. Hanya
0,1% dari jumlah rekening menguasai 37% deposito. Mayoritas rekening
memiliki tabungan di bawah Rp 100 juta tetapi hanya menguasai 18,5% dari
uang itu. “Adalah sebuah kenyataan bahwa 0,17% warga Indonesia
mengontrol 45% dari Pendapatan Nasional Bruto Indonesia,” kata putra
Begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo itu.
Data anggaran negara juga menunjukkan ketidakseimbangan struktur
ekonomi Indonesia. Buktinya, dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Indonesia tahun 2012 sebesar Rp 1.200 triliun, hanya 3% atau
sebanyak Rp 36 triliun disediakan untuk sektor pertanian. Padahal, 60%
warga Indonesia hidup di sektor pertanian.
Ketidaksemimbangan itu menunjukkan adanya kesenjangan struktur dalam
perekeonomian Indonesia. Ketidakseimbangan ini akan menimbulkan perasaan
tidak puas yang dalam, rasa ketidakadilan, dan rasa kesenjangan di
kalangan warga miskin dan remaja. Ada perasaan bahwa setelah 67 tahun
merdeka, kemajuan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir orang.
Strategi Dorongan Besar
Terhadap empat tantangan itu, Prabowo Subianto menawarkan sebuah
strategi yang dinamakan sebagai Strategi Dorongan Besar. “Rencana itu
saya namakan Strategi Dorongan Besar. Strategi ini untuk mencapai
sejumlah tujuan secara serempak,” kata mantan Danjen Kopassus ini.
Yaitu: Pertama, strategi itu memastikan persediaan pangan Indonesia.
Kedua, strategi itu akan memungkinkan Indonesia untuk mandiri di bidang
energi.
Lalu, ketiga, strategi itu akan menciptakan lapangan kerja,
menurunkan kemiskinan secara besar-besaran, menciptakan daya beli,
meningkatkan konsumsi, dan mendorong pertumbuhan seluruh perekonomian
Indonesia. Keempat, menurunkan kemiskinan, menciptakan daya beli,
meningkatkan konsumsi, dan mendorong pertumbuhan seluruh perekonomian.
Kelima, menciptakan sumber pendapatan baru, pendapatan pemerintah,
dan kemampuan anggaran nasional untuk memperbaiki tingkat gaji dan
kualitas hidup pegawai negeri dan pejabat-pejabat penting pemerintah,
yang pada gilirannya akan meningkatkan upaya untuk melenyapkan korupsi
dari birokrasi dan aparatus pemerintah Indonesia.
Keenam, dengan tercapainya pemerintah yang kuat dan bersih,
selanjutnya melaksanakan transformasi perekonomian Indonesia dari
perekonomian berbasis komoditas/bahan mentah menjadi perekonomian
industri maju modern berbasis ilmu pengetahuan.
Prabowo mengatakan, prioritas pembangunan Indonesia adalah
menyediakan energi dan pangan yang sekaligus memberikan lapangan kerja.
Untuk menjawab empat tantangan itu dibutuhkan pemimpin yang berani dan
kuat. “Yang kita perlukan adalah solusi kreatif,” ujarnya.
Pada bagian lain ceramahnya, Prabowo memuji pencapaian para pemimpin
Indonesia yang berhasil membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi
1998 dan menjadi negara demokrasi. Namun, ia juga menyayangkan para
pemimpin mulai lengah menghadapi empat masalah besar itu.
Sumber: Gema Indonesia Raya