Gubernur Aceh Irwandi Yusuf
menyatakan dirinya hanya mengakui Tengku Hasan Muhammad Di Tiro sebagai
satu-satunya pemimpin GAM. Selebihnya, menurut Irwandi, hanya pimpinan
yang kerjanya tidur-tiduran di luar negeri.
Sebagai
orang dalam yang berperan dalam konflik, saya tahu persis siapa
pemimpin saya. Tengku Muhammad Hasan Di Tiro adalah pemimpin GAM dan
rakyat Aceh, saya akui itu. Sedangkan yang lain, tidak,kata Irwandi
saat berbicara dalam Raker Partai Rakyat Aceh (PRA) di Hotel Hermes
Palace, Kamis (30/6).
Irwandi juga sempat berkisah. Menurut dia, semasa berperang di Aceh
melawan penindasan pemerintah pusat, semua kebutuhan disiapkan GAM
secara mandiri.Kami bertempur di sini, kami juga membeli senjata,
amunisi, dan kami juga yang menjadi korbanya,kata Irwandi.
Tak hanya itu, menurut Irwandi, GAM di Aceh juga yang membiayai
orang-orang yang mengatakan sebagai pemimpin untuk melakukan diplomasi
internasional, tapi sayangnya kerjanya hanya tidur. Kami punya
perdana menteri, yang kerjanya hanya tidur. Kami punya menteri luar
negeri yang alamat kedutaan besar negara sahabat saja tak tahu. Maka
tak salah jika saya mengatakan hanya ada satu pemimpin GAM di Aceh,
yaitu Tengku Hasan Muhammad Di Tiro,katanya.
Di Aceh, kata Irwandi, tugas yang diberikan pada anggota GAM
dilaksanakan 120 persen.Tapi apa yang dilakukan oleh orang-orang
yang mengaku pemimpin-pemimpin GAM di luar negeri, tak mencapai 50
persen,bebernya.Itulah sebabnya, menjadi sia-sia banyak tokoh
masyarakat Aceh yang diperintahkan untuk dihilangkan di massa
konflik, jika pada akhirnya seperti ini.
Dia mencontohkan, Muhammad Jafar Sidiq adalah korban yang
dihilangkan secara sia-sia. Kemudian, Tengku Muhammad Nazrudin Daud,
Ismail Saputra.Ini pun dilenyapkan,katanya. Lalu ada nama
Profesor Safwan Idris, Profesor Dayan Dawood, Teuku Johan (mantan
Pangdam).Ini juga dikorbankan karena perintah pimpinan,kata
Irwandi.
Kecuali itu, soal tapol-napol yang masih ditahan di Jakarta, seperti
Ismuhadi, Ibrahim, dan Irwan. Mereka menjalankan tugas karena
diperintah atasan. Tapi sekarang atasan mangkir dan tak mau
memperjuangkan mereka,katanya.
Menurut Irwandi, saat dirinya masih di AMM pada 2005-2006 dulu,
selalu menempatkan tiga nama tadi diurutkan teratas untuk diberi
amnesti.Tapi kemudian, pimpinan GAM, yakni Malik Mahmud, Zaini
Abdullah dan Zakaria Saman, nama-nama itu dihapus, karena dianggap
teroris,jelasnya.
Kira-kira beberapa bulan lalu, lanjut dia, ada pula pertemuan antara
pimpinan GAM dan jajaran Menkopolkam. Di situ, para pimpinan kembali
berupaya membebaskan para tapol-napol.Tapi, oleh unsur Menkopolkam
mengingatkan bahwa para tapol-napol itu telah masuk dalam daftar
terorisme, dan para pimpinan GAM menjawab benar,kata Irwandi.
Itulah sebabnya, semakin tipis peluang membabaskan para tapol-napol
itu.Tapi, saya sebagai Gubernur Aceh akan tetap berusaha meminta
pada pemerintah pusat untuk berbaik hati membebaskan tokoh-tokoh ini,
bisa dengan cara memberi amnesti atau grasi,katanya.
Di beberapa kesempatan, lanjut dia, pada jajaran Menkopolkam dirinya
mengaku sudah menyampaikan bahwa ketiga orang itu adalah GAM.Jajaran Menkopolkam menjawab, bahwa pimpinan GAM sudah mengatakan
mereka itu teroris,katanya.
Haramkan Raqan Pemilukda
Sementara itu, usai pidato, menanggapi pertanyaan wartawan, Irwandi
tegas mengatakan dirinya mengharamkan raqan Pemilukada Aceh 2011 hasil
paripurna DPRA Selasa lalu, singgah di mejanya. Kalau sudah sepakat,tapi saya tak teken karena ada halangan, maka itu berlaku secara
otomatis setelah 30 hari.Tapi, inikan masih belum ada kesepakatan.
Artinya itu masih rancangan qanun. Jadi haram kalau dibawa ke meja
saya,katanya.
Irwandi juga menyerukan bagi semua masyarakat yang berminat menjadi
pimpinan daerah melalui jalur independen, bisa tetap mendaftar.Putusan Mahkamah Konstitusi berlaku seluruhnya di Indonesia, tak ada
peraturan daerah yang mampu menganulir putusan MK,katanya.(dad)
http://harian-aceh.com