Lima bulan lagi, jalan tol Trans Sumatera akan dibangun. Sesuai skenario, peletakan batu pertama dijadwalkan Maret 2013.Jika rampung dibangun, jalan tol Trans Sumatera bisa jadi akan menjadi yang terpanjang di Indonesia.Total mencapai 2.700 kilometer dan ditargetkan selesai pada 2025.
Adalah PT Hutama Karya, "aktor" di balik
pembangunan proyek raksasa itu. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di
bidang konstruksi itu telah ditugaskan pemerintah untuk membangun jalan
tol tersebut."Rencananya, ada dua dari lima ruas yang akan
mulai dibangun, yaitu Medan-Binjai dan Palembang-Indralaya.
Masing-masing ruas sepanjang 16 kilometer," kata Direktur Utama Hutama
Karya, Tri Widjajanto Joedosastro, di sela BUMN Marketeers Club di
Jakarta, Jumat 19 Oktober 2012.
Dengan total investasi sekitar Rp330 triliun, jalan tol Trans Sumatera seluruhnya terdiri atas lima ruas yaitu Medan-Binjai (Sumatera Utara), Palembang-Indralaya (Sumatera Selatan), Pekanbaru-Kandis-Dumai
(Kepulauan Riau), dan Bakauheni-Terbanggi (Lampung). Sekitar 30 persen akan dibiayai dari ekuitas perseroan dan 70 persen eksternal.Di antaranya dari Penyertaan Modal Negara (PMN) yang mencapai Rp5 triliun. PMN ini masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2013. PT Mandiri Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas juga sedang mengkaji skema pendanaan jalan tol itu. Beberapa yang menjadi kajiannya adalah melalui penerbitan sukuk, obligasi, serta pinjaman.
Bentuk Konsorsium
Hutama Karya memang sudah mendapat penugasan dari pemerintah untuk membangun jalan tol Trans Sumatera. Namun, perusahaan konstruksi pelat merah itu masih menunggu keluarnya peraturan presiden sebagai landasan hukum untuk mengerjakan megaproyek itu.
"Bila perpres sudah ditandatangani, kami siap memulai pembangunan pada kuartal I-2013," ujar Tri.Pengerjaan proyek akan dimulai dari ruas yang tanahnya telah dihibahkan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan dibebaskan pemerintah. Saat ini, Tri menjelaskan, Hutama Karya telah melakukan studi kelayakan dari proyek jalan tol itu. "Studi kelayakan ini diharapkan rampung bulan depan," ujarnya.Untuk mempercepat pembangunan jalan tol itu, Hutama akan membentuk konsorsium dengan menggandeng PTPN. Nantinya, sebagian tanah milik PTPN akan digunakan untuk pembangunan jalan tol itu, sehingga dapat mengurangi biaya konstruksi hingga 60 persen.
Dengan pembentukan konsorsium itu, menurut Menteri BUMN, Dahlan Iskan, Hutama Karya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pembebasan lahan. Nantinya, tanah milik PTPN akan menjadi ekuitas konsorsium dan sebagai gantinya, perusahaan perkebunan itu akan memiliki saham di konsorsium tersebut.
Mantan direktur utama PT Perusahaan Listrik Negara itu pun menilai, pembentukan konsorsium akan membuat pembangunan jalan tol menjadi visible. Proyek ini sebelumnya dianggap tidak visible, karena terlalu mahal dengan kemungkinan sepinya trafik.
Saat ini, pembentukan konsorsium tersebut tinggal menunggu penugasan dari pemerintah. Hutama Karya maupun PTPN akan segera merumuskan pembentukan konsorsium dan diharapkan dapat selesai pada awal 2013.
"Konsorsium ini untuk mempercepat pembangunan tol, terutama di Sumatera Utara," kata Dahlan.
Dukungan Perbankan
Untuk merealisasikan proyek ratusan triliun itu, Hutama Karya tentunya harus memikirkan pendanaannya. Untungnya, setelah memerintah memutuskan lini bisnis Hutama Karya menjadi perusahaan jalan tol, sejumlah dana segar mulai mengalir.
Meski relatif kecil dibanding nilai megaproyek itu, Hutama Karya telah memperoleh kucuran Rp3,95 triliun dari sindikasi sejumlah bank yang dipimpin PT Bank Negara Indonesia Tbk.
"Kredit ini nantinya akan digunakan untuk memenuhi proyek yang telah kami peroleh dengan total nilai Rp10,4 triliun," ujar Tri.
Walaupun tidak spesifik guna membiayai pembangunan jalan tol Trans Sumatera, dana itu setidaknya dapat digunakan untuk modal kerja. Apalagi, Hutama Karya saat ini juga tengah mengerjakan sejumlah proyek di antaranya pembangunan atau duplikasi Jembatan Air Musi II Palembang, jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai Benoa Bali, jalan tol Mojokerto-Kertosono tahap I dan II, Mall Saint Moritz, dan EPC Dermaga Petrokimia.
"Selain proyek yang sedang berjalan itu, perusahaan juga akan menggunakan dana sindikasi bank untuk pembiayaan tol lintas Sumatera," ujarnya.
Proyek lain adalah kereta listrik intermoda dan pembangunan Dermaga Belawan serta Kuala Tanjung hasil kerja sama dengan PT Pelindo I.
Direktur Utama BNI, Gatot M Soewondo, mengatakan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri yang lebih baik untuk bisa mempertahankan kinerja perekonomian nasional. Untuk mewujudkan hal itu, industri tidak lepas dari peran infrastruktur guna menunjang konektivitas.
"Infrastruktur adalah salah satu penunjang bagi industri yang sangat penting posisinya," ujar Gatot.
Sebelum digarap Hutama Karya, proyek jalan tol Trans Sumatera itu sempat dikaji PT Jasa Marga Tbk. Namun, BUMN jalan tol itu meminta pemda setempat untuk berkontribusi, di antaranya dengan membangun jembatan.
"Ini karena trafiknya masih kecil, hanya 5.000-6.000 kendaraan yang melintas," kata Direktur Utama Jasa Marga, Adityawarman kepada VIVAnews.
Adityawarman menjelaskan, jembatan dan tanah dalam kajian Jasa Marga itu tidak dihitung sebagai investasi. Karena, jika semuanya dihitung sebagai investasi, secara keekonomian tidak akan masuk dalam perhitungan yang menguntungkan.
"Hitungannya kan investasi dikembalikan oleh lalu lintas dan tarif. Nah, kalau lalu lintasnya kecil, harus dikurangi investasinya," ujarnya. "Salah satunya, ya dengan menyediakan tanah sebagai penyertaan. Istilahnya subsidi lah".
Ruas jalan tol Trans Sumatera, dia meyakini, kenaikan trafiknya tidak akan bisa menyamai Pulau Jawa. Pada masa Lebaran juga diperkirakan tidak separah di Pulau Jawa.
Dengan total investasi sekitar Rp330 triliun, jalan tol Trans Sumatera seluruhnya terdiri atas lima ruas yaitu Medan-Binjai (Sumatera Utara), Palembang-Indralaya (Sumatera Selatan), Pekanbaru-Kandis-Dumai
(Kepulauan Riau), dan Bakauheni-Terbanggi (Lampung). Sekitar 30 persen akan dibiayai dari ekuitas perseroan dan 70 persen eksternal.Di antaranya dari Penyertaan Modal Negara (PMN) yang mencapai Rp5 triliun. PMN ini masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2013. PT Mandiri Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas juga sedang mengkaji skema pendanaan jalan tol itu. Beberapa yang menjadi kajiannya adalah melalui penerbitan sukuk, obligasi, serta pinjaman.
Bentuk Konsorsium
Hutama Karya memang sudah mendapat penugasan dari pemerintah untuk membangun jalan tol Trans Sumatera. Namun, perusahaan konstruksi pelat merah itu masih menunggu keluarnya peraturan presiden sebagai landasan hukum untuk mengerjakan megaproyek itu.
"Bila perpres sudah ditandatangani, kami siap memulai pembangunan pada kuartal I-2013," ujar Tri.Pengerjaan proyek akan dimulai dari ruas yang tanahnya telah dihibahkan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan dibebaskan pemerintah. Saat ini, Tri menjelaskan, Hutama Karya telah melakukan studi kelayakan dari proyek jalan tol itu. "Studi kelayakan ini diharapkan rampung bulan depan," ujarnya.Untuk mempercepat pembangunan jalan tol itu, Hutama akan membentuk konsorsium dengan menggandeng PTPN. Nantinya, sebagian tanah milik PTPN akan digunakan untuk pembangunan jalan tol itu, sehingga dapat mengurangi biaya konstruksi hingga 60 persen.
Dengan pembentukan konsorsium itu, menurut Menteri BUMN, Dahlan Iskan, Hutama Karya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pembebasan lahan. Nantinya, tanah milik PTPN akan menjadi ekuitas konsorsium dan sebagai gantinya, perusahaan perkebunan itu akan memiliki saham di konsorsium tersebut.
Mantan direktur utama PT Perusahaan Listrik Negara itu pun menilai, pembentukan konsorsium akan membuat pembangunan jalan tol menjadi visible. Proyek ini sebelumnya dianggap tidak visible, karena terlalu mahal dengan kemungkinan sepinya trafik.
Saat ini, pembentukan konsorsium tersebut tinggal menunggu penugasan dari pemerintah. Hutama Karya maupun PTPN akan segera merumuskan pembentukan konsorsium dan diharapkan dapat selesai pada awal 2013.
"Konsorsium ini untuk mempercepat pembangunan tol, terutama di Sumatera Utara," kata Dahlan.
Dukungan Perbankan
Untuk merealisasikan proyek ratusan triliun itu, Hutama Karya tentunya harus memikirkan pendanaannya. Untungnya, setelah memerintah memutuskan lini bisnis Hutama Karya menjadi perusahaan jalan tol, sejumlah dana segar mulai mengalir.
Meski relatif kecil dibanding nilai megaproyek itu, Hutama Karya telah memperoleh kucuran Rp3,95 triliun dari sindikasi sejumlah bank yang dipimpin PT Bank Negara Indonesia Tbk.
"Kredit ini nantinya akan digunakan untuk memenuhi proyek yang telah kami peroleh dengan total nilai Rp10,4 triliun," ujar Tri.
Walaupun tidak spesifik guna membiayai pembangunan jalan tol Trans Sumatera, dana itu setidaknya dapat digunakan untuk modal kerja. Apalagi, Hutama Karya saat ini juga tengah mengerjakan sejumlah proyek di antaranya pembangunan atau duplikasi Jembatan Air Musi II Palembang, jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai Benoa Bali, jalan tol Mojokerto-Kertosono tahap I dan II, Mall Saint Moritz, dan EPC Dermaga Petrokimia.
"Selain proyek yang sedang berjalan itu, perusahaan juga akan menggunakan dana sindikasi bank untuk pembiayaan tol lintas Sumatera," ujarnya.
Proyek lain adalah kereta listrik intermoda dan pembangunan Dermaga Belawan serta Kuala Tanjung hasil kerja sama dengan PT Pelindo I.
Direktur Utama BNI, Gatot M Soewondo, mengatakan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan industri yang lebih baik untuk bisa mempertahankan kinerja perekonomian nasional. Untuk mewujudkan hal itu, industri tidak lepas dari peran infrastruktur guna menunjang konektivitas.
"Infrastruktur adalah salah satu penunjang bagi industri yang sangat penting posisinya," ujar Gatot.
Sebelum digarap Hutama Karya, proyek jalan tol Trans Sumatera itu sempat dikaji PT Jasa Marga Tbk. Namun, BUMN jalan tol itu meminta pemda setempat untuk berkontribusi, di antaranya dengan membangun jembatan.
"Ini karena trafiknya masih kecil, hanya 5.000-6.000 kendaraan yang melintas," kata Direktur Utama Jasa Marga, Adityawarman kepada VIVAnews.
Adityawarman menjelaskan, jembatan dan tanah dalam kajian Jasa Marga itu tidak dihitung sebagai investasi. Karena, jika semuanya dihitung sebagai investasi, secara keekonomian tidak akan masuk dalam perhitungan yang menguntungkan.
"Hitungannya kan investasi dikembalikan oleh lalu lintas dan tarif. Nah, kalau lalu lintasnya kecil, harus dikurangi investasinya," ujarnya. "Salah satunya, ya dengan menyediakan tanah sebagai penyertaan. Istilahnya subsidi lah".
Ruas jalan tol Trans Sumatera, dia meyakini, kenaikan trafiknya tidak akan bisa menyamai Pulau Jawa. Pada masa Lebaran juga diperkirakan tidak separah di Pulau Jawa.