Stockholm, Swedia - ANP :
Masyarakat Aceh yang berada di Swedia merayakan hari milad ke-36, yang
diselenggarakan oleh ASNLF (Acheh - Sumatra Natonal Liberation Front),
Selasa 4 Desember 2012
Melalui Press Release kepada ANP, Minggu (09/12/12) Asnawi Ali dari Swedia mengatakan, penyelenggaraan
milad tersebut berlangsung sebuah aula di Kota Hällefors yang berjarak
260 Km arah barat Stockholm, sekitar 40 orang warga Aceh termasuk
generasi baru. Sebelum acara dimulai, pertemuan diselingi dengan
silaturahim ke acehan, seakan tidak terasa seperti berada di eropa yang
sedang memasuki musim salju.
Seperti diketahui, Swedia sudah lama menampung berbagai pengungsi asal Aceh, begitu juga beberapa negara skandinavia lainnya. Sesuai
agenda, acara perayaan milad Aceh Merdeka ke-36 diawali dengan
pembacaan ayat suci Al -Qur'an. Selanjutnya, pembacaan teks asli
proklamasi Aceh Merdeka yang dideklarasikan oleh Wali Negara Tgk Hasan M
Ditiro pada 1976. Syahbuddin
Abdurrauf dalam pidato nya menyatakan pada awal bulan April lalu telah
terbentuk kembali ASNLF (Acheh - Sumatra Natonal Liberation Front).
Untuk meningkatkan kemampuan kerja pengurus dan menjalin hubungan dengan
pihak-pihak lain.
“Kita
telah mengirimkan putra-putra aceh untu mengikuti pelatihan dan
pendidikan di Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR)
di Jenewa, Swiss dan Unrepresented Nations and People Organization
(UNPO) di Belanda dan seminggu yang lalu,” ungkapnya
Syahbuddin
Abdurrauf bukan tidak asing lagi bagi mereka pejuang generasi awal.
Dia beserta Muzakir Manaf termasuk rombongan generasi pertama yang
dikirim ke Libya menuntut ilmu kemiliteran tahun 1986.Dalam
pidatonya yang juga membaca bagian dari amanat ketua presidium ASNLF,
Syahbuddin menambahkan jika tanggung jawab perjuangan ada pada diri
semua orang Aceh, sambil bertamsil bahwa kemerdekaan Aceh tidak akan
datang begitu saja tanpa berusaha. ”Apakah pekerjaan besar ini akan mampu dijalankan oleh beberapa orang
saja? Saya yakin, kita sepakat, bahwa Aceh tidak akan merdeka tanpa
usaha dan do’a dari kita semua. Jadi sudah sepatutnya kita laksanakan
agenda-agenda kerja ASNLF bersama-sama, menurut ilmu, serta kemampuan
yang ada pada diri kita masing-masing,” katanya.Untuk
menambah semangat, pada amanat 4 Desember kali ini Syahbuddin sembari
mengutip contoh Skotlandia, salah satu negara dan bangsa di Eropa,
walaupun sudah disatukan ke dalam Kerajaan Inggris Raya selama lebih
dari 300 tahun, mereka tidak menyerah dalam memperjuangkan kemerdekaan.
“Bahkan pada tahun 2013 akan diadakan sebuah Referendum untuk
menentukan kemerdekaan negeri tersebut,” ujarnya dalam Bahasa Aceh.
Selain
itu, bekas kepala pelatih tentara GAM di Libya tersebut menyoroti hal
penting yang terjadi di Aceh mengenai kontroversi Lembaga Wali Nanggroe
yang sangat sulit diterima publik. Menurut Syahbuddin, seiring dengan
semakin meningkatnya gema perpolitikan di Aceh, menjadikan bendera Aceh
Merdeka sebagai bendera dibawah NKRI adalah pengalihan isu baru demi
kepentingan tujuan lembaga Wali Nanggroe.Dalam
akhir amanat, Syahbuddin melihat sebagai kalangan Aceh kini cendrung
berfikir pasif seperti ”Apa saja boleh asal tidak ribut” sehingga
hilangnya kemuliaan diri sampai tidak bisa lagi membedekan mana yang
benar dan salah,” timpalnya.
Acara Milad Aceh Merdeka 4 Desember tersebut ditutup dengan pembaca do'a beserta suguhan kenduri bersama makanan khas Aceh.
http://www.acehnationalpost.com